IPI, kabarnya jika ditulis harus dengan I-Pe-I, merupakan organisasi profesi pustakawan di Indonesia.
Sebagai pendatang baru yang minim informasi, saya coba googling. Namun, tentunya pembacaan saya bisa jadi salah.
Saya menemukan web I-Pe-I di http://ipi.perpusnas.go.id/. Menarik, karena ternyata web ini menjadi subdomain web Perpustakaan Nasional. Saya jadi bertanya-tanya, apakah I-Pe-I ini sub unit Perpusnas? jadi, ketua IPI merupakan pejabat eselon di Perpusnas?, dan I-Pe-I merupakan perpanjangan tangan Perpusnas dalam mengelola pustakawan? dengan harapan, karena satu atap, maka koordinasinya bisa lebih baik dan cepat.
Saya lanjutkan dengan mencari struktur organisasinya. Ketemu di http://ipi.perpusnas.go.id/?q=struktur-organisasi. Ternyata, ketuanya dari Perpustakaan Nasional. Bahkan, dari lima jabatan dengan sebutan "ketua", hanya satu yang dari perguruan tinggi. Ditambah lagi dengan ketua pada setiap komisi, juga dari Perpustakaan Nasional, plus sekretariatnya juga di Perpustakaan Nasional. Eh, yang dari universitas itu dosen atau pustakawan yak?
Ah, mungkin memang benar, Ketua IPI adalah jabatan struktural di Perpusnas.
Ketika saya cari tahu, diarahkan untuk membaca AD/ART. Saya cari AD/ART di http://ipi.perpusnas.go.id/?q=ad_art_ipi, ternyata masih kosong.
Iseng mencari nama ketua I-Pe-I di http://pustakawan.perpusnas.go.id/pub/pustakawan, saya masukkan nama "Dedi Junaedi", ternyata tidak ada. -Mohon koreksi jika pencarian saya keliru-. Kesimpulan saya, ketua organisasi profesi pustakawan ternyata tidak harus dalam jabatan fungsional pustakawan. Ini wajar saja, jika memang I-Pe-I menjadi subdomain dari perpusnas.go.id, dan penjabat ketua adalah dari perpusnas.
Saya tidak tahu, ke mana arah I-Pe-I akan dibawa. Profesi lain, misalnya IAGI https://www.iagi.or.id/, sepertinya tidak menjadi sub domain dari Badan Geologi. IDI juga bukan sub domain dari Kementrian Kesehatan.
Berita yang ada di web I-Pe-I juga minim, bahkan kurang menunjukkan apa yang dilakukan I-Pe-I. Padahal kepengurusan ini, sesuai info diweb mulai dari tahun....(tahun berapa sampai berapa, ya?). Saya tidak menemukan info periode kepengurusan di laman http://ipi.perpusnas.go.id/?q=struktur-organisasi.
Terkait kepengurusan I-Pe-I, dari http://ipi.perpusnas.go.id/?q=tentang-ipi, I-Pe-I dibentuk dari gabungan beberapa perkumpulan. Perkumpulan tersebut akhirnya bubar ketika ada I-Pe-I. Di web I-Pe-I sendiri, saya tidak menemukan kepengurusan I-Pe-I di daerah. Mungkin karena dari sejarah sudah bubar ketika terbentuk I-Pe-I sehingga tidak ada kepengurusan di daerah.
Khususnya para pustakawan, apa harapan anda pada I-Pe-I?
Di pojok rumah, Paijo merenung, "setiap manusia adalah pustakawan bagi dirinya sendiri". Sambil udud dan nyeruput kopi.
Parto: kok iso, kang? opo ben bedo karo Ikatan Pilot Indonesia :), ipi.or.id.
Sebagai pendatang baru yang minim informasi, saya coba googling. Namun, tentunya pembacaan saya bisa jadi salah.
Saya menemukan web I-Pe-I di http://ipi.perpusnas.go.id/. Menarik, karena ternyata web ini menjadi subdomain web Perpustakaan Nasional. Saya jadi bertanya-tanya, apakah I-Pe-I ini sub unit Perpusnas? jadi, ketua IPI merupakan pejabat eselon di Perpusnas?, dan I-Pe-I merupakan perpanjangan tangan Perpusnas dalam mengelola pustakawan? dengan harapan, karena satu atap, maka koordinasinya bisa lebih baik dan cepat.
Bendil: eselon? kui kancane es lilin, Kang?
Saya lanjutkan dengan mencari struktur organisasinya. Ketemu di http://ipi.perpusnas.go.id/?q=struktur-organisasi. Ternyata, ketuanya dari Perpustakaan Nasional. Bahkan, dari lima jabatan dengan sebutan "ketua", hanya satu yang dari perguruan tinggi. Ditambah lagi dengan ketua pada setiap komisi, juga dari Perpustakaan Nasional, plus sekretariatnya juga di Perpustakaan Nasional. Eh, yang dari universitas itu dosen atau pustakawan yak?
Ah, mungkin memang benar, Ketua IPI adalah jabatan struktural di Perpusnas.
Ketika saya cari tahu, diarahkan untuk membaca AD/ART. Saya cari AD/ART di http://ipi.perpusnas.go.id/?q=ad_art_ipi, ternyata masih kosong.
Paijo: AD/ART kui opo, Kang?
Paimin: kui aturan babagan organisasi, Jo. Le nggawe angel. Mungkin durung rampung le nggawe.
Iseng mencari nama ketua I-Pe-I di http://pustakawan.perpusnas.go.id/pub/pustakawan, saya masukkan nama "Dedi Junaedi", ternyata tidak ada. -Mohon koreksi jika pencarian saya keliru-. Kesimpulan saya, ketua organisasi profesi pustakawan ternyata tidak harus dalam jabatan fungsional pustakawan. Ini wajar saja, jika memang I-Pe-I menjadi subdomain dari perpusnas.go.id, dan penjabat ketua adalah dari perpusnas.
web IPI |
ssssssssssup, tarik nafas dulu, Lur.
Saya tidak tahu, ke mana arah I-Pe-I akan dibawa. Profesi lain, misalnya IAGI https://www.iagi.or.id/, sepertinya tidak menjadi sub domain dari Badan Geologi. IDI juga bukan sub domain dari Kementrian Kesehatan.
Berita yang ada di web I-Pe-I juga minim, bahkan kurang menunjukkan apa yang dilakukan I-Pe-I. Padahal kepengurusan ini, sesuai info diweb mulai dari tahun....(tahun berapa sampai berapa, ya?). Saya tidak menemukan info periode kepengurusan di laman http://ipi.perpusnas.go.id/?q=struktur-organisasi.
Mungkin karena dibentuk Perpusnas, ya periodenya tergantung dengan si penunjuk, ya?
Terkait kepengurusan I-Pe-I, dari http://ipi.perpusnas.go.id/?q=tentang-ipi, I-Pe-I dibentuk dari gabungan beberapa perkumpulan. Perkumpulan tersebut akhirnya bubar ketika ada I-Pe-I. Di web I-Pe-I sendiri, saya tidak menemukan kepengurusan I-Pe-I di daerah. Mungkin karena dari sejarah sudah bubar ketika terbentuk I-Pe-I sehingga tidak ada kepengurusan di daerah.
Parto: Kui wajar, Kang. Karena I-Pe-I adalah sub domain dari perpusnas, maka adanya yang ditingkat pusat.
Add caption |
Paijo: harapan saya, IPI tetap memproduksi suplemen, Kang.
Parto: hus, ra guyon, mengko didukani.
Di pojok rumah, Paijo merenung, "setiap manusia adalah pustakawan bagi dirinya sendiri". Sambil udud dan nyeruput kopi.
Semoga yang bisa gabung itu bukan hanya pns fungsional pustakawan, tapi pustakawan2 ecek2 pun bisa ikut gabung, karena setiap daerah itu kesulitan dalam mencari wadah jatidirinya, sehingga ada yang putus asa dan membuat perkumpulan lain yang abal2
ReplyDeleteaamiin, Mas.
DeleteHarusnya juga jangan sembarangan lulusan bisa begitu mudah menjadi pustakawan....Kan banyak skrg yang lulusannya BLA....BLA....BLA... Ikut seminar sekali sudah jadi pustakawan.... Itu lho yang membuat sakit hati lulusan perpus asli.
ReplyDelete