Pagi itu (20/4/2008) saya janjian dengan beberapa temen jurusan ilmu perpustakaan dan informasi UIN Sunan kalijaga untuk Ngobras (Ngobrol santae Senayan). Jam sembilan lebih saya datang ke UIN. Telat memang, karena janjinya pukul 09:00 (afwan jiddan). Namun sesampainya disana, saya kepikiran untuk ke PKSI-nya UIN guna mendapat lisensi menggunakan fasiltas wifi di lingkungan UIN.
Walah, ternyata ini sabtu ya, kok jadi pelupa gini, UIN kan 5 hari kerja.... Akhirnya guagual, gak berhasil. Kembali ke Perpustakaan, tepat di lokasi parkir ketemu dengan Mas Tarto dan Ari Suseno. Bareng-bareng masuk ke perpustakaan, tambah satu lagi temen, mas Nurwahid.
Akhirnya kamipun ngobrol, nginstall bareng aplikasi Senayan --baik psenayan maupun install sourcenya di xampp--. Mencoba bersama, begitulah kira-kira.
Dari percobaan ini, kita sama-sama mendapatkan manfaat. Ada beberapa "kebingungan" yang sama-sama terpecahkan. Ditemukaannya solusi kegagalan mas Tarto saat instalasi psenayan dan source di xampp, kemudian yang tidak kalah pentingnya dalah ditemukannya bugs baru. Penemuan bugs ini sangat berguna dalam pengembangan Senayan berikutnya...
Pada pertemuan itu pula, mas Tarto saya daulat untuk ngajari Athenaeum. Jujur saya belm bisa mengoperasionalkan aplikasi ini. Namun, dengan tanpa ragu-ragu mas Tarto berkenan mengajari saya Athenaeum. Kebingungan saya sedikit-demi sedikit mulai terkurangi....
Ditengan-tengah kami asyik ngobrol, datanglah kang Budhi, yang pustakawan double degree sekaligus tentor komputer --hebat kan--, beliaupun kemudian bergabung.
Ah indah memang jika kita mau saling berbagi ilmu....
selesai Ngobras, muncul ide untuk keliling perpustakaan, lihat e-Lims yang diterapkan di UIN. Kami -empat orang- meninggalkan beberapa bawang bawaan kami di ruang multimedia, minta tolong mas Khusairi --yang lagi jaga internet-- untuk menjaga. Akhirnya dengan percaya diri kami naik ke lantai dua. Tapi karena tidak menemukan alat yang kami cari, kami naik lagi menuju lantai tiga.
Disana kami mendekati seonggok alat, yang dijaga dua orang akhwat --cakep lho :) --. Ternyata mereka mahasiswa yang sedang PKL. Dengan penampilan sok akrab, kami bertanya macem-macem tentang alat itu. Beruntung pula, ada mahasiswa yang akan meminjam buku. Hingga kami dapat melihat cara kerja alat tersebut.
Alat tersebut -yang terlihat jelas dari kejauhan-- hanya monitor, ternyata di depannya terdapat tempat yang kira-kira berukuran 20x20 cm. Monitor memperlihatkan langkah-langkah opesasionnalnya, canggihnya alat ini, touch screen. Baru kali ini saya melihat langsung. Peminjaman menggunakan KTM --single sign on-- dan buku yang dipinjam diletakkan di atas tempat didepan monitor, maksimal 4 buku. Ini dilakukan untuk membaca RFID-nya buku.
Layanan canggih ini, dilengkapi pula dengan ruang perpustakaan yang megah, luas, nyaman. Dengan berbagai corner yang mendukung.
Ah andai semua perpustakaan -minimal- seperti perpustakaan UIN ini...
Setelah puas cuci mata di perpustakaan UIN, saya -sendiri- pergi ke Jogja gallery. Informasi dari temen, disana ada pameran lukisan-foto dan benda kenangan ibu Fatmawati.
Akhirnya sampailah saya disana. Tidak bisa saya ceritakan detail pameran itu. Beberapa kesimpulan dari pameran itu adalah:
Bu Fat adalah sosok ibu yang sederhana dan penyayang
Bu Fat adalah sosok istri yang setia --beliau tidak mau dimadu--
Bu Fat adalah sosok pejuang yang diterima semua
Bu Fat adalah sosok wanita yang Cerdas, dan
Bu Fat adalah sosok wanita yang Cantik... :)
terimakasih
salam
mas purwoko ......elims di UIN yogya ? yah, alhamdulillah,sedikitdemi sedikit perpustakaan yogya sedang berbanah koq untuk menuju layanan prima, termasuk implementasi elims....luar biasa memang alat tersebut...dengan fasilitas rfid, mahasiswa dimanjakan bisa pinjam koleksi sendiri dengan touch screen lagi.....kit awellcome koq kalau ada yang mau share mengenai elims....kita tunggu ya......wellcome to our library....
ReplyDeletesaya senang membaca kesan anda setelah berkunjung ke perpustakaan uin suka. sebenarnya uin suka pengin memberikan layanan yg lebih dari itu, mimpinya sih seperti perpustakaan di perguruan tinggi yang sudah maju, koleksinya lengkap, internetnya kenceng, dan yang paling penting buka sampai jam 12 malam, sehingga siapapun dapat belajar di perpus. Mungkin perlu waktu ya. Salam, jarot (warga uin suka)
ReplyDeleteuntuk Bu Sri dan pak jarot:
ReplyDeleteIya, ELIMS di UIN Suka, karena di jogja setahu saya baru di UIN Suka yg menerapkan ELIMS. Wah dananya banyak ya??
Satu hal yg mesti di pertahankan adalah menjaga kesinambungan pemakaian alat aka ELIMS. Karena kita tahu sendiri, dari sekian banyak orang masih ada yg belum siap menerima teknologi, baik dalam arti masih gagap ataupun cenderung untuk merusak. Saya kira wajar jika kewaspadaan diperlukan.
Terimakasih sudah berkenan mampir di gubuk maya saya.
salam hormat
purwoko