![]() |
foto karya peter sanders, sumber http://www.artofintegration.co.uk/ |
Saya cari di internet ndak nemu, namun saya nemu ini. Mirip.
Foto tersebutlah selalu saya ingat dan meneguhkan saya, bahwa perpustakaan itu bukan sekedar tempat meminjam dan mengembalikan buku.
Kabarnya di jaman dulu kala, perpustakaan merupakan pusat. Di dalamnya ada pendidikan, penerjemahan dan kegiatan ilmiah lainnya. Pustakawan bekerja layaknya ilmuwan yang menguasai berbagai bidang ilmu. Pada gambar di atas tertulis "a specialist in Islamic manuscripts". Saya menerka jika kita berkunjung ke British Library dan membutuhkan informasi tentang Islamic manuscrips, maka kita bisa datang ke Dr. Isa tersebut, dan berdiskusi tentang manuskrip Islam bukan sekedar di mana letaknya bukunya namun juga apa isinya.
Saya tidak tahu apakah jejang pendidikan beliau pernah di bidang perpustakaan sehingga dipekerjakan di BL, atau beliau di BL karena keahlian dalam hal manuskrip Islam saja. Yang pasti, mestinya kehadiran ahli yang menguasai substansi konten perpustakaan, dibutuhkan untuk meningkatkan posisi tawar perpustakaan.
Isa Waley ini bergelar doktor, nah mestinya di Indonesia para pustakawan yang bergelar doktor juga melakukan hal serupa. Dengan terjunnya pustakawan bergelar doktor dalam layanan perpustakaan, maka dia akan berkontribusi dalam membuat citra pustakawan semakin bagus.
Apa layanan yang bisa diberikan oleh pustakwan bergelar doktor? hanya mereka sendirilah yang paling tahu.
Pustakawan bergelar doktor tidak boleh hanya menulis atau meneliti saja. Jika mereka memang pustakawan, ya harus melakukan pelayanan. Pustakawan yang hanya meneliti, menulis, ikut konferensi, tanpa melakukan pelayanan ibarat orang yang mengaku petani, tapi tidak bisa macul.
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih, komentar akan kami moderasi