Wednesday, 26 June 2024

Daftar Finalis Pustakawan Berprestasi 2024. Ada Fakta Mencengangkan!

 


Di atas adalah foto, nama, dan asal pustakawan finalis 2024, yang diselenggarakan PerpusNas RI.

Jika dilihat dari jenis kelamin, maka diperoleh data: perempuan 10 (66.66%), laki-laki 5 (33.3%). Dominasi perempuan dua kali lipat dibanding laki-laki.

Jika dilihat dari asal institusi: 8 perguruan tinggi, 5 dari Perpusnas/DA, dan 2 dari sekolah. 

Jika dilihat dari institusi negeri atau swasta, terdapat 3 perguruan tinggi terdiri negeri, sementara swasta ada 5. Yang menarik, 4 dari 8 ini dari perguruan tinggi Muhammadiyah.

Sementara dari sekolah, 100% dari sekolah negeri di bawah Kemenag.

Perpusda/nas terdiri dari 3 perpustakaan kabupaten/kota, 1 perpustakaan provinsi, dan 1 perpustakaan nasional.

Kesimpulan:
  1. Ke mana pustakawan laki-laki? kok hanya setengah dari pustakawan perempuan?
  2. Dari asal institusi, ternyata didominasi perpustakaan perguruan tinggi. Artinya, meski ini acara perpusnas, agaknya cukup fair sebaran asal institusinya.
  3. Ke mana perpustakaan PT negeri? Hanya ada 3 PTN, kalah dari swasta yang ada 5. Perpus dari PT gede ndak ada.
  4. Nah, dari 5 PTS itu, 4 dari Muhammadiyah. Luar biasa!
  5. Ke mana perpustakaan sekolah negeri? 100% perpus sekolah berasal dari sekolah di bawah Kemenag. Apakah ini berarti kaderasisasi perpus sekolah Kemdikbud gagal? atau paling tidak kalah dibanding Kemenag.

Itu!

Share:

3 comments:

  1. Seingat saya, perempuan mendominasi dunia oerpustakaan

    ReplyDelete
  2. Kalau secara historis memang ranah kepustakawanan kita unik mas. Kalau di Amrik dan kebanyakan negara lain gerakan kepustakawannya banyak dimotori pria, kalau kita kental akan wanita. Mulai dari kepala perpusnas pertama sampai ketua prodi ilpus pertama heheh. jadi memang dominasi perempuannya ketara, pun dikelas kelas sekarang memang yang pria agaknya lebih sedikit dari wanita. Menurut saya ini hal yang bagus dan patut di syukuri. Misal di Amrik, keterlibatan perempuan dalam dunia perpustakaan perlu perjuangan yang panjang untuk masalah kesetaraan profesional dan lain sebagainya. Hingga benar-benar berhasil pada tahun 70an.

    ReplyDelete
  3. bisa jadi minat para pustakawan mengikuti kegiatan tersebut sdh menurun,.bisa jadi...

    ReplyDelete

Terimakasih, komentar akan kami moderasi