Minggu sore, sambil menunggu buka puasa, iseng melihat CV para bakal calon rektor (carek) UGM di laman https://seleksirektor.ugm.ac.id. (CV ini sudah tidak tersedia lagi di laman seleksi rektor).
Tentu saja, CV ini memuat banyak informasi. Mulai dari data diri, serta jawaban atas pertanyaan yang disodorkan panitia seleksi rektor.
Tentunya menarik dianalisis. Namun, jika hendak dianalisis semua, tentu makan waktu. Lama. Selain itu, saya juga ngilo githok: saya itu siapa. Hanya warga biasa, pustakawan yang biasa-biasa saja.
Tentu yang wajib melakukan analisis keseluruhan itu para anggota Senat Akademik, sebelum hasilnya disodorkan ke MWA. Di tangan MWA--yang terdapat 30-an% suara menteri dikbud--itulah rektor UGM berikutnya ditentukan. Hehe.
Saya iseng saja fokus pada beberapa hal yang membuat saya tertarik. Sekalian buat latihan nulis, dan menganalisis kondisi sekitar, dalam hal ini dinamika politik kampus.
***
Pada form yang menyatu dengan CV para bakal carek tersebut, ada bagian yang harus diisi dan menarik perhatian saya. Begini kurang lebih:
Strategi Bapak/Ibu untuk menangani isu integritas dan kecurangan akademik serta plagiarisme. (Tuliskan antara 100-250 kata)
Ya. Isu integritas tentu menjadi isu--yang bagi saya--utama di perguruan tinggi. Semua hal yang dilakukan sivitas akademika--dosen dan mahasiswa--ditopang oleh integritas akademik. Tidak boleh tidak. Akademik tanpa integritas itu sebuah bencana.
Karyo: "Lho, tenaga kependidikan kok tidak dimasukkan?
Paijo: "Tenaga kependidikan tidak termasuk sivitas akademika, Kang!"
Apalagi, beberapa waktu lalu--dan juga waktu sebelumnya--muncul kasus yang menyerempet integritas. Salah satunya plagiarisme yang ditengarai dilakukan oleh salah satu alumnus. Penyelesaiannya--agaknya--tidak memuaskan semua orang. Atau paling tidak, masih ada ganjalan-ganjalan. Ora smooth.
Rocky Gerung mengatakan bahwa "reputasi kampus berbanding langsung dengan moralitas lembaga riset" (1). Moralitas, tentu hal yang saling berkaitan dengan integritas.
****
Nah, saya coba lihat jawaban para bakal carek atas pertanyaan tersebut.
Saya ambil kata kunci dari jawaban para bakal carek, lalu dijadikan format RIS menggunakan Zotero. Selain kata kunci, saya masukkan juga nama bakal carek. Hal ini untuk mempermudah analisis klasternya. Hasilnya saya visualkan menggunakan VosViewer.
Dataset dalam bentuk RIS, bagi yang ingin melakukan verifikasi, dapat diunduh di sini. Berikut ini hasilnya.
![]() |
Klaster strategi para bakal carek terkait integritas dan penanggulangan plagiarisme |
Termasuk nama, terdapat 37 kata kunci. Kata kunci ini sebagian besar saya biarkan apa adanya, tidak saya seragamkan berdasar maknanya. Artinya saya gunakan apa yang ditulis oleh masing-masing bakal carek. Kecuali (semoga tidak keliru) software. Kata "software" yang saya gunakan juga untuk mewakili teknologi, dan "orientasi kampus" mewakili "awal masuk".
Pada gambar di atas, dari 6 bakal carek dengan 37 kata kunci, membentuk 5 klaster. Berarti ada 2 bakal carek yang menjadi satu klaster. Artinya keduanya memiliki strategi yang beririsan.
Bakal carek tersebut yaitu Teguh yang memiliki 3 kata kunci, 2 di antaranya sama dengan Ova Emilia: edukasi dan software. Sementara 1 kata kunci yaitu sanksi sama dengan Sigit dan Deendarlianto. Karena lebih kuat terhubung dengan Ova, maka Teguh menjadi satu klaster dengan Ova.
Dari visualisasi di atas, tidak ada kata kunci yang menjadi penghubung ke semua bakal carek. Namun ada beberapa kata kunci yang menghubungkan ke beberapa bakal carek. Kata kunci tersebut yaitu: software, sanksi (tegas), orientasi kampus, dan internalisasi. Artinya ada beberapa carek yang bersepakat, atau memiliki ide serupa dalam penegakan integritas akademik.
Kata kunci yang menghubungkan antar bakal carek di atas, menjadi kata kunci yang munculnya lebih dari 1x.
Software disebut oleh 4 (66%) dari 6 bakal carek. Agaknya, sebagian besar carek menempatkan software pendeteksi (plagiarisme/kesamaan kata (kalimat)) sebagai bagian penting dalam pencegahan plagiarisme. Kata kunci ini menghubungkan Sigit, Ova, Deen, dan Teguh.
Sementara itu, sanksi disebut oleh 3 bakal carek atau setengah dari total bakal carek. Tiga lainnya tidak menyebut secara tegas sanksi sebagai bagian dari proses pencegahan plagiarisme dan penegakan integritas akademik. Misalnya, Ali Agus lebih memilih kata: menegakkan peraturan secara fair dan adil. Kata kunci sanksi menghubungkan Sigit, Deen, dan Teguh.
Internalisasi dan orientasi kampus disebut 2 calon (Bambang, dan Deen). Sebenarnya kata kunci orientasi kampus juga disebut oleh Sigit, namun menggunakan bahasa yang lebih teknis: ppsmb. Agaknya, ada keinginan bakal carek untuk meneguhkan integritas bagi mahasiswa sejak awal mereka masuk.
Sementara bagi dosen, sosialisasi dan internalisasi dilakukan melalui berbagai workshop, webinar, juga orientasi (awal) kerja.
Untuk kata kunci lainnya, yang hanya muncul 1x, dapat dilihat langsung pada visualisasi di atas, atau melalui versi online yang lebih interaktif di https://tinyurl.com/y59l9ml7
Beberapa catatan penting
- Semua bakal calon rektor memaparkan nilai integritas secara umum, kecuali terkait plagiat.
- Ada ide-ide yang sama dan saling terkait.
- Bakal carek cenderung fokus pada isu plagiarisme, padahal pada Permendikbud Ristek; pelanggaran integritas, khususnya akademik, tidak hanya terkait plagiat. Mungkin hal ini disebabkan oleh kolom pertanyaan yang menuliskan "kecurangan akademik dan plagiat" mengikuti kata "integritas".
- Munculnya ide modul wajib atau kuliah wajib bagi mahasiswa. Ini menarik. Mungkin selama ini sudah dilaksanakan, namun sifatnya masih belum terintegrasi, dan tidak dengan standard yang sama.
- Muncul/disebutnya "perpustakaan" dalam proses penegakan integritas. Meski hanya disebut oleh satu bakal carek, namun tentu ini menarik
- Hanya ada satu bakal carek yang berani secara terang-terangan menyebut bahwa pimpinan dan dosen UGM harus menjadi role model.
- Ada satu bakal carek yang strateginya tidak memiliki point khas, sehingga posisinya menyatu pada klaster lain.
- "Software" menjadi kata kunci paling banyak disebut. Kenapa? Entahlah.
****
Bagaimana dengan tenaga kependidikan?
Ya. Seperti dikatakan Paijo saat ngobrol dengan Karyo di atas, tendik tidak masuk kategori sivitas akademika. Demikian dijelaskan pada pasal 1 nomor 13 Undang-undang Pendidikan Tinggi No 12 Tahun 2012. Tendik itu ketenagaan (pasal 69), dan merupakan penunjang (penjelasan pasal 69b). Namun, tentu saja tendik juga harus menjunjung integritas, termasuk juga menghindari kecurangan, dan plagiarisme.
Sebenarnya, selain penyebutan perpustakaan (yang digerakkan tendik) oleh Deendarlianto, ada bakal carek yang terang-terangan menyebut tenaga kependidikan dalam strategi menguatkan integritas akademik, yaitu Ova. Tendik, dalam hal ini dokumen hasil penugasan ke tendik disebut juga sebagai sasaran untuk dicek menggunakan software anti-plagiarisme. Meskipun penyebutan "software anti plagiarisme" sebenarnya juga tidak tepat benar.
Akhirnya, para bakal carek tersebut sudah benar. Dosenlah yang utama. Karena mereka civitas akademika. Mereka contoh.
Seluruh geraknya dilihat, dijadikan tolok ukur dalam bertindak, khususnya di kampus. Diikuti oleh mahasiswa, dan juga tenaga kependidikan.
[[ sekian ]]
Tulisan lain terkait rektor UGM, dapat dilihat di sini
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih, komentar akan kami moderasi