… predatory publishers, which publish counterfeit to exploit the open-access model in which the author pays. These predatory publishers are dishonest and lack transparency. They aim to dupe researchers, especially those inexperienced in scholarly communication. (Beall, J., 2012. Predatory publishers are corrupting open access. Nature, 489, p.179. Available at:
http://www.nature.com/news/predatory-publishers-are-corrupting-open-access-1.11385.)
Agak ragu saya menulis judul di atas, tapi saya "pentelengi" berkali-kali kok kayake ya ndak keliru saya melihatnya. Mohon koreksi.
sumber gambar klik |
Jurnal predator, menjadi populer seiring dengan populernya pengindeksan dan semangat mempublikasikan karya para ilmuwan di jurnal (internasional). Jurnal predator, merupakan istilah yang dinisbahkan pada tulisan Beall, dan web Beall di scholarlyoa.com. Beall, sebagaimana di header web menulis mengkritisi dunia penerbitan model open-access. Sehingga predator sangat terkait dengan batasan tersebut (open-access). Nama scholarlyoa, OA pada domain tersebut juga merujuk ke open-access.
Jurnal open-access kui opo? - salah satunya buka di sini https://aoasg.org.au/what-is-open-access/
Saya lebih sering mengartikan jurnal predator dengan pengertian "jurnal yang berbayar, penulis harus membayar untuk menerbitkan artikelnya, namun penulis tidak mendapatkan layanan jurnal yang berkualitas (reviewer, layout, dan lainnya)". Artinya, antara uang yang diberikan penulis untuk membiayai proses awal-akhir artikel terbit, tidak sebanding.
Jurnal open-access, memang sebagian besar penulis membayar. Mungkin, karena itulah, Mr. Beall tertarik menelitinya. Apakah semua jurnal open-access itu predator? jelas TIDAK. Beall memiliki kriteria dalam menilainya. OA juga diterapkan oleh beberapa penerbit besar, Elsevier misalnya. Silakan lihat di http://www.sciencedirect.com/#open-access. Elsevier punya dua model OA, Gold dan Green.
Seorang kawan, pernah cerita, ketika submit di jurnal yang dianggap predator, seminggu setelahnya langsung disetujui diterbitkan. Anehnya, si pengelola jurnal justru bertanya "masih ada yang ingin kamu perbaiki?". Hal ini aneh, karena semestinya justru pengelola jurnal, melalui reviewer menunjukkan hal yang kurang dan harus diperbaiki oleh penulis.
Tentu kita ingat, kasus sebuah artikel yang memuat nama penulis Inul Daratista dan Agnes Monika, untuk sebuah jurnal bidang pertanian. Tidak satu artikel, namun dua artikel yang mencantumkan nama Agnes Monika dan Inul Daratista.
- "Mapping Indonesian Paddy Field Using Multiple-Temporal Satellite Imagery." klik: http://sains.kompas.com/read/2012/08/29/13392470/Agnes.dan.Inul.Dicatut.di.Makalah.Jurnal.Internasional, download di https://simpan.ugm.ac.id/s/24UOopva81jDvUx
- "Effect of methane emission from fertilizer application" atau unduh di https://simpan.ugm.ac.id/s/wsvSgbT9gsDXm78
note: selanjutnya, jika saya tulis Inul Daratista atau Agnes Monika, maka yang saya maksud adalah nama yang tertulis sebagai penulis kedua artikel di atas.
Wussss,
Coba kita bayangkan, jika kita bukan orang Indonesia, lalu bidang ilmu kita pertanian. Maka tidak menutup kemungkinan kita akan mengutip artikel tersebut? apakah ini terjadi. Kita lihat gambar di bawah ini:
Artikel ber DOI 10.1109/TGRS.2016.2590439 |
salah satu daftar pustaka artikel ber DOI 10.1109/TGRS.2016.2590439 |
Silakan cari artikel tersebut di jurnal online ternama. Kemudian pastikan, apakah benar referensi nomor 10 mengutip artikel Inul Daratista?
Paper DOI 10.1007/s10333-015-0502-2 |
Tampilan referensi |
-------------------
Untuk lebih jelas, kita lihat di GoogleScholar. Lihat gambar, tautan di GS silakan klik https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&q=agnes+monica+inul+daratista
Artikel Inul Daratista yang terindeks GoogleScholar |
Artikel yang mengutip artikel "Effect..." |
Artikel yang mengutip "Mapping..." |
terjadi, kan?
Weh, kudu ngati-ati yo kang? - yo jelas, Lek
----------------
Kembali ke web ScholarlyOA.
Web ScholarlyOA.com, juga diacu oleh DIKTI (http://pak.dikti.go.id/portal/?p=41), untuk menyaring dan menilai artikel yang diajukan para ilmuwan di bawah DIKTI. Ilmuwan (sebagian) merasa risih jika submit paper di jurnal yang oleh Beall ditulis di webnya.
Potential, possible, or probable predatory scholarly open-access publishers
(https://scholarlyoa.com/publishers/)
Kalimat di atas, merupakan pembuka pada laman daftar penerbit yang dibuat Beall. Sedangkan di bawah ini, merupakan pembuka di laman daftar jurnal.
Potential, possible, or probable predatory scholarly open-access journals
(https://scholarlyoa.com/individual-journals/)
Potential, possible. Dua kata yang dipilih Beal tersebut, memiliki beberapa arti. Beall, masih membuka ruang, bahwa daftarnya keliru. Yang kedua, bagi kita, yang membaca web tersebut memiliki ruang untuk menafsirkan sendiri daftarnya Beall, berdasar penelitian atau pengamatan kita pada jurnal tersebut. Nah, oleh karena itu, Saya lebih cenderung menggunakan daftar yang dibuat oleh Beall sebagai sarana/alat untuk menfilter/menyeleksi jurnal yang hendak digunakan, baik sebagai referensi maupun disasar submit artikel.
Nah, berkaca pada kasus 1) adanya nama artis yang ditulis sebagai penulis, dan berhasil terbit di jurnal, 2) adanya ilmuwan yang mengutip dari artikel yang kemungkinan besar abal-abal, sebagaimana tertera pada paparan di atas, maka wajib bagi para ilmuwan untuk berhati hati. Setidaknya berhati-hati pada 1) menggunakan artikel yang diunduh dari internet, tidak diterbitkan
- Gunakan daftarnya Beall, sebagai daftar yang membantu untuk memilih
- Kombinasikan dengan daftar yang ada di pengindeks jurnal Scopus, dan JCR.
- Kritis pada sumber.
Yang aman?
Mengelola jurnal, memang susah-gampang. Kabarnya yang paling susah adalah mendapatkan naskah. Ketika jurnalnya masih baru, belum terakreditasi, belum masuk Scopus atau Jurnal Citation Report (JCR), padahal saat ini para ilmuwan (baca: dosen) digerakkan untuk menulis di jurnal yang terindeks Scopus (minimal), maka menjadi sulit mendapatkan naskah berkualitas.
Menghidupkan jurnal, membangun jurnal dari 0, jurnal lokal agar berkualitas, kemudian bisa diakui dengan standard yang digariskan Arjuna, Scopus, JCR perlu terus dilakukan. Sehingga, semakin banyak jurnal di Indonesia yang selevel kualitasnya dengan jurnal di luar Indonesia (dengan standard yang ditetapkan, tentunya). Jika demikian, maka orang submit, tidak akan mikir Scopus atau JCR atau semacamnya, karena kualitas itu telah terpenuhi. PR berikutnya adalah menjaga kepercayaan. Jangan sampai ketika sudah terindeks Scopus atau JCR, jadi jual murah, apalagi kepada kolega yang "meminta-minta" agar lolos terbit.
Weit, kok mbladrah, Kang?
Sst, tapi jika anda percaya diri dengan artikel yang anda tulis, anda bisa mencoba mengirim artikel tersebut ke jurnal biasa saja, tanpa embel-embel Q, IF dll. Jika artikel memang bagus, pasti juga akan dikutip ilmuwan lain.
Dua artikel yang disinyalir mengutip dari artikel "Inul" dan "Agnes"
- http://link.springer.com/article/10.1007/s10333-015-0502-2
- http://ieeexplore.ieee.org/stamp/stamp.jsp?arnumber=7527671
#sehatwaras