Sunday, 9 November 2025

Indeks integritas perguruan tinggi: menyedihkan atau menggembirakan?

KPK, lembaga yang padanya dipercayakan beban berat pemberantasan korupsi, mengeluarkan laporan indeks integritas tahun 2024. Ada berbagai kategori yang diukur, salah satunya pendidikan.

KPK melaporkan indeks kategori pendidikan dengan 3 level: SD/SMP sederajat, SMA sederajat, dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi?). Bagaimana hasilnya?

Indeks integritas jenjang SD/SMP


Indeks integritas jenjang SMA/sederajat


Indeks integritas pendidikan tinggi (nasional)

Indeks integritas pendidikan tinggi (KEMENDIKTISAINTEK)

Hasilnya tergambarkan secara ringkas pada tiga + 1 gambar di atas.

Coba dilihat, jenjang pendidikan semakin tinggi, justru indeks integritasnya menurun. Bahkan, jarak antara SMA ke perguruan tinggi lebih jauh dibanding dari SD/SMP ke SMA. Artinya tingkat terjun bebas dari SMA ke perguruan tinggi lebih parah dibanding dari SD/SMP ke SMA. Padahal, perguruan tinggi dianggap sebagai mercusuar integritas, dunia pendidikan yang dipenuhi orang pintar, dan sekian banyak guru yang sudah besar (baca Guru Besar), yang ilmunya sudah dianggap paripurna. 

Karyo: "Paripurna? Memang ada orang yang ilmunya paripurna, Jo?"
Paijo: "Minimal secara administratif"
Karyo mrengut.
*****

Jika angka di atas dicek unsur-unsur pembentuknya, maka akan didapatkan beberapa kategori turunan. Pada setiap jenjang memiliki kategori turunan yang khas. Misalnya di SD/SMP/SMA ada pengukuran penyalahgunaan dana BOS, sementara di perguruan tinggi tidak ada. 

SD/SMP/sederajat

Indeks SD/SMP dan aspek temuannya

Pada lingkungan SD/SMP, gratifikasi menjadi temuan yang memiliki presentase paling tinggi (68,57%).  Aspek ini terdiri dari beberapa hal:  kebiasaan orang tua siswa memberikan bingkisan/hadiah kepada guru saat hari raya atau kenaikan kelas; Persentase guru terkait persepsi gratifikasi merupakan sesuatu yang wajar; Persentase satdik dengan kejadian guru menerima bingkisan dari siswa agar lebih memperhatikan siswa; Persentase satdik dengan kejadian penerimaan siswa karena imbalan tertentu. 

Jika diambil data rata-rata, aspek temuan yang paling  mempengaruhi  rendahnya integritas di level SD/SMP adalah aspek kedisiplinan peserta didik (53,44%).

Aspek temuan yang ada di level SD/SMP/sederajat ini  dikelompokkan menjadi 3 bagian, terdiri dari aspek karakter 80,81%; dimensi ekosistem 73,43%; serta dimensi tata kelola 59,86%.  



Dari data pada gambar di atas, dimensi tata kelola menjadi aspek paling rendah yang membentuk integritas di SD/SMP/sederajat. 

SMA/sederajat



Indeks SMA/sederajat dan aspek temuannya

Pada SMA/sederajat, kedisiplinan tenaga pendidik menjadi temuan yang presentasenya paling tinggi. Temuan tersebut terdiri dari persentase satdik dengan kejadian guru meninggalkan kelas sebelum pembelajaran berakhir; persentase satdik dengan kejadian guru yang terlambat masuk kelas tanpa alasan yang jelas; persentase satdik dengan kejadian guru tidak hadir mengajar. 

Jika diambil data rata-rata, aspek temuan yang paling mempengaruhi  rendahnya integritas di level SD/SMK adalah aspek pengelolaan keuangan (64,05%).

Aspek yang ada di level SMA di atas, jika dikelompokkan menjadi 3 bagian, terdiri dari aspek karakter 77,13%; dimensi ekosistem 72,63%; serta dimensi tata kelola 61,06%.  


Dari data pada gambar di atas, dimensi tata kelola menjadi aspek paling rendah yang membentuk integritas di SMA/sederajat.

Perguruan tinggi
 

Indeks Perguruan tinggi (nasional) dan aspek temuannya

Sementara itu, di perguruan tinggi, kategori nepotisme menduduki posisi paling tinggi (79,79%). Jika dihitung rata-rata, nepotisme juga menduduki posisi paling tinggi (75,3%). Nepotisme terdiri dari persentase perlakuan khusus kepada mahasiswa, persentase satuan pendidikan dengan kasus dosen mendapatkan promosi karena kedekatan dengan pimpinan; persentase satuan pendidikan dengan kasus perlakuan khusus pimpinan kepada dosen tertentu.

Aspek-aspek temuan yang ada di perguruan tinggi di atas, jika dikelompokkan menjadi 3 bagian, terdiri dari aspek karakter 74,2%; dimensi ekosistem 67,79%; serta dimensi tata kelola 56,01%.  



Dari data pada gambar di atas, dimensi tata kelola menjadi aspek yang nilainya paling rendah dalam membentuk integritas di perguruan tinggi.

Mungkin menarik membuka dimensi karakter dari indeks jenjang perguruan tinggi di atas. Pada dimensi karakter, kejujuran akademik (dari sisi mahasiswa) memiliki tingkat ketidak-berintegritas paling tinggi.  Isinya antara lain:
  • Persentase mahasiswa yang menyontek walaupun tahu perbuatan tersebut tidak baik
  • Persentase mahasiswa yang meminta orang lain mengerjakan tugas
  • Persentase mahasiswa yang menyontek ketika melihat teman juga melakukannya
  • Persentase mahasiswa yang melakukan plagiarisme walaupun tahu perbuatan itu salah
  • Persentase mahasiswa yang tidak berani menolak ajakan menyontek
  • Persentase mahasiswa yang lebih memililih menyontek daripada belajar

Pada dimensi ekosistem, terdapat aspek temuan kecurangan tenaga pendidik, yaitu persentase satuan pendidikan tinggi dimana dosen melakukan plagiarisme dalam membuat publikasi di jurnal ilmiah mendapat skor 66,64%. 

Masih pada dimensi ekosistem, bagian kedisiplinan pendidik, terdapat 3 aspek yang diukur, yaitu
  • Persentase satuan pendidikan tinggi dimana dosen terlambat masuk kelas tanpa alasan yang jelas (67.53%)
  • Persentase satuan pendidikan tinggi dimana dosen tidak hadir mengajar (63.97%)
  • persentase satuan pendidikan tinggi dimana dosen meninggalkan kelas sebelum pembelajaran berakhir (44.18%)

Sementara itu, di bawah ini indeks integritas perguruan tinggi di lingkungan kemendikbudsaintek

Indeks Perguruan tinggi (Kemendikbudsaintek) dan aspek temuannya


*****

Kesimpulan 
Karyo: lalu apa kesimpulanmu, Jo?
Paijo: Sesungguhnya, setiap kita punya hak menjadi mufasir. Semua berhak menafsir dan menyimpulkan. 😊


Sumber:


Note:
  • Semakin tinggi nilai indeks integritas, berarti integritas semakin baik
  • Indeks total merupakan hasil penghitungan dari dimensi tata kelola, dimensi karakter, dan dimensi ekosistem
  • Nah, penghitungan 3 dimensi di atas yang saya belum paham. Namun kayake ketika pelanggaran yang ada pada dimensi tersebut semakin tinggi, maka indeks dimensinya semakin rendah
  • Cara penghitungan ada dalam file yang saya tautkan di atas. Saya juga belum baca semua. Saya tafsirkan angka di ACLC KPK berdasar pemahaman kilat. Bisa dicek, siapa tahu saya salah memahami. Bisa jadi, lho. 
  • Tulisan ini berdasar sumber di atas, sebagai hasil penelitian/survei. Kondisi per institusi, tentu dimungkinkan tidak sama persis dengan hasil di atas

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih, komentar akan kami moderasi