Pendahuluan
KPDI alias Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia dilaksanakan setiap tahun. Tentu saja, jika tidak ada halangan menghadang. Karena, kalau ada halangan menghadang tapi tetap dilaksanakan, itu namanya nekad. Hhh
Oia. Ini acara tidak baen-baen. Tidak mudah, dan tidak sembarang orang bisa mengikutinya. Selain karena bobot acaranya yang berat, peserta harus membayar sejumlah uang pendaftaran.
Perlu modal, Bro! Modalnya kudu kumplit, kudu lahir bathin.
Pada KPDI 2022, paling sedikit peserta harus menyiapkan 2,5 juta, dalam kurs rupiah. Dengan uang ini, seorang peserta bisa gabung selama acara acara + halan-halan. Tanpa penginapan. Alias kudu dipikir dhewe, mau nginep di hotel, di masjid, POM bensin, atau numpang rumah kenalan. Atau meh ngglembuki staf hotel, agar boleh tidur di mushola hotel. hh
Jika mau merogoh kocek lebih dalam dan lebar lagi, yaitu 3,4 juta, baru dapat tambahan fasilitas penginapan. Artinya, kalau berani bayar lebih, maka tinggal leha-leha saja, datang, duduk, makan, tidur, halan-halan.
Dengan angka segitu, selain perlu modal, harus dipastikan pula dompet tidak madul. Nanti jadi modal-madul. Wkwk. Isa mangkat KPDI, tapi wong ngomah kaliren. Rak ya bahaya, tho.
Sumber web KPDI 2022 |
Dengan biaya tinggi tersebut, tidak banyak golongan manusia yang mampu bergabung di acara spektakuler ini. Setidaknya hanya untuk beberapa golongan yang bisa mudah meniti jalan menuju KPDI. Mulai dari pejabat, lalu pemakalah yang lolos seleksi, kemudian yang punya uang lebih (modal tidak madul, hh). Terakhir yang modal nekad minta dibiayai institusinya. Golongan terakhir ini punya prinsip: gasss!!
***
Tujuan penelitian
Salah satu cara mengetahui isi acara bisa dilakukan dengan melihat berbagai saluran media sosial. Pada penelitian ini dikhususkan medsos Facebook. Penelitian ini hendak menelaah, sejauh apa media sosial menyampaikan dinamika dan isi dari KPDI 2022.
Media sosialnya siapa? Salah sijinya, medsos para penggawa KPDI ini. Alias para pejabat yang bergabung di acara KPDI.
Penggawa KPDI? Emangnya siapa?
Ya. Memang sulit menemukan nama para penggawa KPDI ini, pada dokumen publik. Saya coba cari di web KPDI, juga belum menemukan.
Web KPDI |
Di web KPDI 13 tahun 2022 juga demikian. Nihil.
web KPDI 13 |
Metode pengumpulan data
Namun, meski sulit, ternyata tetap ada jalan bagi yang mau berusaha. Ya, meski seadanya. Hh
Setelah mlumah mengkurep, miring kiwa dan tengen, akhirnya saya memperoleh informasi dari postingan Welmin Suharto pada 9 Agustus 2022 pukul 23.35. Postingan ini berupa foto dan kepsen yang berbunyi "SC FPDI baru sempat bersantai menikmati foto booth malam2 biar sepi. Pls tag yaaa"
Foto yang ada pada postingan, diklaim sebagai SC FPDI. SC saya anggap merupakan streering commitee. Cocok dengan namanya, berarti komite yang nyetir atau think-thank-nya KPDI.
Dari wajah yang saya kenal di foto tersebut lah saya coba terlusuri media sosial Facebooknya, untuk mengetahui sejauh apa mereka menyebarkan kegiatan KPDI 2022 ini.
Sebagai catatan, data peneliti kumpulkan pada Kamis, 11 Agustus 2022.
****
Data yang diperoleh + pembahasan
Ini hasilnya. Data ini saya peroleh dari FB Welmin, Titik, dan Hendro. Selain informasi dari sumber, saya tambahi kolom kata kunci pada bagian paling kanan.
Ya, mirip-mirip seperti analisis tematik. 😁
Saya hanya menemukan 3 akun yang postingannya terkait KPDI, yaitu Welmin, Titik, Hendro.
Welmin punya 9 postingan yang dilakukan pada 9-11 Agustus. Produktif sekali. Satu hari rata-rata ada 3 postingan. Titik, 4 postingannya dilakukan pada 4 hari yang berbeda, yaitu 22 Juni, 13 Juli, 21 Juli, dan 10 Agustus.
Sementara Hendro di posting 1 saja di 2 Agustus, itupun isinya hanya foto tanpa narasi.
Dari data di atas terlihat antusiasme Welmin dalam memosting terkait KPDI.
****
Nah, bagaimana dengan isinya?
Pada tabel di atas, saya coba ambil kata kunci pada tiap postingan. Rekap dan visualisasinya dapat dilihat visualnya di bawah ini.
![]() |
visualisasi menggunakan wordcloud |
Batasan penelitian + penelitian lanjutan
Kesimpulan
- Melihat mahalnya biaya ikut KPDI, maka saya masih tidak tertarik mengikuti
- Sulit mencari informasi, terkait apa yang dibicarakan di KPDI, di medsos penggawa KPDI
- Para penggawa KPDI perlu memperbaiki lagi pencitraan dan penyebaran materi atau isu-isu KPDI di media sosial, terutama media sosial para penggawa. Kenapa? lha kan jadi contoh. :)
- Mungkin para penggawa KPDI perlu belajar lagi mengoptimalkan media sosialnya. 😊
Paijo: "Atau mungkin karena biaya ikutnya mahal, maka apa yang dibicarakan tidak disebar sembarangan, Kang?"Karyo: "Mazook analisismu, Jo!"
Malem Jemuah, 11 Agustus 2022
11.38 malam
Sangat kreatif pa analisisnya...bersyukur saja masih ada youtube dan youtuber..
ReplyDeleteGass, Mas.
DeleteBesaran biaya itu ditentukan daerah atau Panitia Lokal, dan pilihan biaya juga berkaitan dg apakah include penginapan, atau include wisata, jadi pilihan paket pun terpulang pada kemampuan peserta, tetapi seperti diakui oleh penulis artikel itu untuk menjadi pembicara di kpdi seleksinya berat oleh peer reviewer berupa SC dan ini menjadi tolok ukur objektifitas call for papers. Hebatnya KPDi usai perhalatan semua artikel open access bisa dilihat sari lama web kpdi 1 sampai terakhir, artinya sejak awal penentuan tuan rumah kpdi, panelis yang akan tampil, kepesertaan kpdi bahkan akses konten hasil konferensi sangatlah demokratis.
ReplyDeleteKami melihat besarnya, bukan siapa yang menentukan. Terkait itu dipakai apa, juga kami tulis pada bagian pendahuluan.
DeleteTerima kasih atas penjelasan berikutnya. Namun, penelitian ini fokus pada bagian sebagaimana ditulis pada batasan penelitian.
Salam
Analisis ini dibanding realitas telah dibantah, kalau misalnya terlalu mahal harusnya peserta sedikit, tetapi buktinya kebalikannya peserta jauh dari estimasi, lebih dari 400 orang peserta, sponsorship juga jauh dari estimasi, belum lagi tingginya liputan media massa, itu membuktikan KPDI 13 di Solo sangat berhasil.
DeleteSaudara, coba baca lagi. Kalau mau komentar, komentarilah subtansi dari penelitian di atas.
DeleteMohon maaf, boleh tahu nama anda?
Mungkin, next: analisa fenomena sertifikasi pustakawan Pak... Sedikit melihat beberapa teman pustakawan yang "gembradak" ke Jakarta meninggalkan anak istri di rumah untuk ngejar panggilan uji sertifikasi... 😁😁😁
ReplyDeletehmm. Ada saran bahan yang dianalisis?
DeleteMas paijo ini memang mewakili byk orang yg selama ini jarang berani bersuara 😁
ReplyDeletePernah ikut sekali KPDI di Samarinda 2011.
Saat itu tema dan materi super keren, tapi kemudian ada peserta dr Indonesia Timur yg nanya, materi bagus banget, kelihatan high tech, Tp Perpustakaan di Indonesia Timur masih banyak sekolah yg blm punya perpus, kl sudah ada perpus belum punya cukup buku, kl sudah punya buku blm punya komputer, kl sudah ad komputer belum punya koneksi internet yang bagus, terus peran acara KPDI untuk mereka apa?
Dr peristiwa itu sampai detik ini sudah malas untuk ikut lagi.
Namun, kalau misalnya terlalu mahal harusnya peserta sedikit, tetapi buktinya kebalikannya peserta jauh dari estimasi, lebih dari 450 orang peserta, sponsorship juga jauh dari estimasi, belum lagi liputan media massa, itu membuktikan KPDI 13 sangat berhasil
ReplyDeletecoba cek substansi tulisan di atas. Komentarilah substansi yang dibahas.
DeleteMateri KPDI sudah tersebar di grup Pustakawan kampus kami
ReplyDeletecoba cek substansi tulisan di atas. Komentarilah substansi yang dibahas.
Deletehttp://www.purwo.co/2022/08/benarkah-makalah-kpdi-diungggah-untuk.html
DeleteBanyak juga yang komen mas hahahah
ReplyDeleteMayan, Mas. :)
Deletewkwkwkwk tenang mas
ReplyDeleteYsh. Bapak/Ibu
Materi2 Kegiatan KPDI 13 di Solo
Dapat diakses 👇👇👇
http://bit.ly/MATERI-KPDI2022