Wednesday, 23 October 2019

Wajah publikasi warga UGM pada database Scopus yang terbit sejak 1954-2019

Selama perjalanan menuju tempat buruh, Paijo melamun. Ada yang hendak dilakukannya sesampainya di tempat dia kerja. Dia ingin tunaikan niatnya yang sudah lama tersimpan dalam dada. #halah. Beberapa kali dia mengunduh dataset publikasi universitasnya, tapi tak sempat diolah. "Pagi ini harus. Dan langsung posting di blog", begitu janjinya. Paijo melakukannya, sebagai cara untuk berlatih menulis dan membaca  visualisasi dari VosViewer. :)
****

UGM, sebagai universitas tua, tentu saja banyak menghasilkan karya. Riset dan publikasi, misalnya. Dengan 18 fakultas, dan 2 sekolah, serta sekian banyak pusat studi yang diisi orang yang winasis  di bidangnya masing-masing, serta diperkuat dengan kolaborasi antar mereka, tentu banyak sekali riset dan publikasinya.

Lalu, bagaimana wajah publikasi para civitas UGM?. Itulah pertanyaan yang ada dalam bathin Paijo. Dalam dunia ilmiah, mungkin biasa disebut pertanyaan penelitian. Tapi karena ini posting di blog, anggap saja itu sebagai pertanyaan iseng untuk mengantarkan tulisan ini.

***

Menggunakan mode pencarian institusi "Universitas Gadjah Mada" pada database Scopus, ditemukan total 9041 dokumen, dengan 6092 penulis. Dokumen tersebut terbit sejak 1954 hingga data diambil, Rabu pagi 23 Oktober 2019.

Dokumen tertua berjudul Dissociation with double interference, yang terbit di American Heart Journal Volume 48, Issue 3, September 1954, Pages 475-48. Artikel ini ditulis oleh P.J.Zuidema M.D. yang saat itu memiliki afiliasi ke Gadjah Mada dengan ID Scopus 24733341300. Tertulis pada footnote halaman pertama From the Gadjah Mada University at Jogjakarta, Indonesia; Received for publication Jan 30 1954.

Pada laman URL jurnal, artikel tersebut memiliki status Received 30 January 1954, dan Available online 13 April 2004, dengan kode DOI: https://doi.org/10.1016/0002-8703(54)90037-X.

***

Berikut ini gambaran singkat publikasi yang diterbitkan oleh penulis dengan afiliasi UGM, yang terindeks Scopus. Data diambil dan diolah tanggal 23 Oktober 2019.

Pergerakan jumlah dokumen per tahun

Dari 2015 hinggal 2018, jumlah dokumen publikasi terus mengalami peningkatan. Peningkatan paling signifikan terjadi di tahun 2018 dengan total 1961 dokumen. Meningkat 584 dokumen atau 42% dari tahun sebelumnya.

Tahun 2018 kemungkinan banyak kegiatan ilmiah di UGM yang dokumen publikasinya terindeks Scopus.

Bagaimana dengan 2019?
Tahun 2019 belum berakhir, maka dokumen tahun 2019 masih terus terindeks, bahkan meskipun sudah masuk 2020. Masih ada waktu penambahan. Kita bisa lihat posisi 2019 mulai stabil pada pertengahan 2020.

Total open access berbanding non-open access


Dari total dokumen, 37% merupakan dokumen open access sementara 63% bukan open access. Dari data ini terlihat bahwa dokumen publikasi warga UGM hanya ada 37% yang bebas diakses oleh ummat manusia. Sementara 63% lainnya kemungkinan harus membayar jika ingin mengaksesnya.

Paijo: "Sayang sekali, ya."

Tapi jangan khawatir, jika dilihat per tahun ada perubahan yang menggembirakan.

perbandingan jenis open access dan non open access per tahun
Misalnya tahun 2018, dokumen jenis open access berjumlah 1016, sedangkan non open access hanya 945. Tahun 2018 ada pertukaran posisi jenis open access dan non open access, dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2017  open access sejumlah 535, lebih sedikit dari non open access 842 dokumen. Serta 2016 yang menyumbang open access 405, kalah jumlah dibanding non open access pada tahun yang sama sebanyak 744.

Kenaikan presentase open access di tahun 2018, agaknya juga diikuti di tahun 2019 (terhitung sampai data ini diolah), yaitu: 708 dokumen berjenis open access, serta 592 non open access.

***

Jumlah Jurnal dan Prosiding per tahun
Nah, bagaimana dengan jenis dokumennya?
Grafik di atas memperlihatkan bahwa berdasar filter source type di Scopus, jumlah dokumen yang terbit di jurnal konsisten tiap tahun selalu lebih tinggi dari prosiding.





Berdasar subject area
Pada pengategorian bidang, bidang engineering menempati posisi paling atas dengan 2180 dokumen. Disusul bidang medicine, agricultural and biological sciences, serta computer science.

Jurnal tempat publikasi
Terkait wadah publikasi, AIP Conference (American Institute of Physics) menjadi tempat favorit dengan 569 dokumen. Posisi 2 dan 3 masih ditempati oleh wadah publikasi konferensi, yaitu IOP bidang earth and environmental, serta bidang material science.

Meskipun demikian, berdasar data source type di Scopus, publikasi jenis jurnal tetap menempati posisi paling tinggi dengan 6150 dokumen. Sementara conference prosiding hanya 2834 dokumen. Ini berarti warga UGM dominan publikasi di jurnal di banding prosiding.

Berdasar penulis
Meskipun subyek paling tinggi ditempati bidang engineering, tetapi penulis yang memiliki dokumen paling banyak justru dari bidang kesehatan, yaitu Abdul Rohman dengan 175 dokumen.

Namun demikian, dari data di atas terlihat bahwa dari sebaran 5 besar penulis terproduktif, 3 di antaranya ditempati penulis dari bidang engineering.  Tiga nama tersebut yaitu: Hanung AN, Lukito Edi N, dan Teguh Bharata Aji. Jika dilihat pada 10 terproduktif (grafik tidak ditampilkan), 7 atau 70% di antaranya berasal dari engineering. 

Maka, meski top author tidak jadi engineering, namun kemungkinan sebaran produktifitas di bidang engineering justru lebih merata dibanding  klaster kesehatan.  Dugaan ini perlu dicek detailnya.


Negara jejaring dalam menulis
Karena UGM merupakan universitas di Indonesia, maka wajar jika jejaring penulis paling banyak adalah antar penulis di Indonesia. Sementara itu, untuk data antar negara, Jepang menempati peringkat tertinggi dengan 960 dokumen, disusul Australia, Netherland, dan Malaysia.

Paijo: "Ini berarti meskipun Jepang itu mantan penjajah, sekarang sudah damai dan saling kerjasama, ya?
Karyo: "Iya, Jo. Bagus itu".

Institusi jejaring penulis UGM

Kyusu University, merupakan lembaga luar negeri yang paling banyak melakukan riset bersama penulis di UGM dengan 135 dokumen, disusul oleh University of Melbourne dengan 96 dokumen. Sementara itu, dari dalam negeri ada UNS dengan 239 dokumen, disusul UNDIP, UII, dan UI. 

Dari grafik di atas, agaknya antara UGM-UNS-UNDIP-UII, dan UI memiliki kedekatan dalam publikasi. Kenapa ITB dan ITS tidak masuk 5 besar jejaring?

Paijo: "Sepertinya perlu menganalisis ITB dan ITS"
Karyo: "Benar, Jo. Jadi nanti bisa dibandingkan".

Visualisasi dengan VOSVIEWER
Sementara itu, berikut tampilan visualisasi menggunakan VosVieser dari dokumen publikasi UGM semenjak awal hinggal 2019 per 23 Oktober 2019 yang terindeks Scopus.

Author keyword min 14
Visualisasi di atas berdasar kata kunci dari pengarang, dengan minimal kata kunci muncul 14 kali dalam dokumen berbeda.

Kata kunci Indonesia menempati posisi paling tinggi. Ini berarti penelitian yang dilakukan lebih banyak membahas topik yang dikaitkan dengan Indonesia. Sementara itu, bidang yang terkait terbagi menjadi beberapa klaster.

Indonesia, yang berwarna ungu menjadi satu klaster dengan remote sensing, climate change, conservation, java, dan diversity.

Klaster lainnya machine learning yang dikaitkan dengan beberapa kata kunci. Klaster yang terpusat pada kata kunci chitosan; terpusat pada ftir spectroscopy, terpusat pada antioxidant, juga terpusat pada tuberculosis.

Dari klaster yang muncul di atas, terlihat beberapa bidang yang dominan pada dokumen publikasi civitas UGM. Selain itu, kata kunci yang tidak berhubungan dengan kata kunci yang lain, berarti memiliki peluang untuk dijadikan topik penelitian.

Author keyword min 14
Pada mode overlay, beberapa topik yang muncul minimal 14x, maksimal muncul sampai tahun 2017. Sementara 2018 belum terlihat ada topik yang muncul minimal 14x.

Namun demikian, dari visual di atas, kita bisa lihat beberapa topik terkini yang dibahas (ditunjukkan dengan warna kuning). Misalnya: machine learning, climate change, feature extraction, antibacterial, data mining, genetical algoritm, dan lainnya.

Paijo: "Dominannya topik yang dikaitkan dengan Indonesia ini tentunya sangat menggembirakan. Semoga juga dibarengi dengan terus meningkatnya jenis open access. Sehingga publikasinya bisa lebih banyak dimanfaatkan."

Author minimal 20
Dengan setelan minimal memiliki 20 dokumen (nama muncul 20x), hasilnya adalah visualisasi di atas.

Klaster yang terkumpul di tengah, merupakan kelompok penulis yang memiliki kedekatan kerjasama, dan saling terhubung dengan klaster lainnya yang berbeda warna melalui (minimal) satu penulis dari klaster tersebut.

Klaster kuning diisi penulis dari bidang engineering, khususnya Teknik Elektro dan TI. Selain itu, ada pula klaster yang juga diisi penulis dari engineering. Misalnya Sopha BM dari Teknik Industri, Sulistyo H dari Teknik Kimia, Sulistyo S dari DTETI. Dari fakultas lain, terlihat ada dari MIPA, Geografi, FKKMK, Farmasi.

Jika klaster di atas saling dihubungkan, berarti ada proses riset yang melibatkan antar fakultas. Misalnya peternakan dengan teknik, mipa dengan farmasi, geografi dengan teknik, teknik sipil dengan teknik geologi, teknik dengan farmasi.

Terlihat pula, penulis yang namanya terpisah dari kumpulan tengah. Ini berarti penulis tersebut menulis (sendiri atau dengan penulis lain) dengan minimal 20 dokumen, namun tidak ada jejaring (penulis) yang menghubungkan dengan kelompok penulis yang memiliki minimal 20 dokumen yang terkumpul di tengah.

Untuk jejaring penulis dari klaster lain yang tidak tervisualkan, kemungkinan ada, namun jumlahnya kurang dari 20 dokumen.

Dari visual di atas, kita bisa melihat klaster dan (kelompok) penulis yang dominan serta jejaringanya.
Negara minimal 5

Visual di atas menunjukkan jejaring negara asal penulis. Civitas UGM, seperti pada grafik sebelumnya, paling banyak menulis bersama penulis dari Jepang. 

Terlihat pada warna hijau, jejaring dengan Jepang bersamaan dengan penulis di Malaysia, Cambodia, Laos, Myanmar, Korea Selatan, Vietnam dan Serbia. Sementara itu, pada klaster warna merah, kelompok penulis jejaring dengan India, Belgia, Sudan, Congo dan beberapa negara lainnya.

Ada pula klaster kuning dan biru. Total jika diklasterkan, ada 5 kelompok besar jejaring penulis civitas UGM. 

Overlay negara minimal 5

Jika dilihat visualisasi mode overlay,  terlihat tren jejaring negara dengan minimal 5 dokumen mulai tahun 2011 sampai 2015. Congo, Mexico, Columbia, Laos, Cambodia, Norwegia, Finlandia, merupakan beberapa negara yang pada tahun 2015 muncul sebagai jejaring yang memiliki dokumen minimal 5. 

Hal ini berarti proses menulis/riset civitas UGM dilakukan dengan berbagai negara di berbagai belahan dunia, meskipun angkanya belum seimbang.

Catatan:
Kemungkinan anda bertanya-tanya, "kenapa minimal 14 dokumen, kenapa minimal 5 dokumen". Seting itu saya lakukan suka-suka saja, agar muncul visualisasi yang enak di baca. Sebenarnya, jika angka tersebut diganti, bisa memunculkan analisis yang melengkapi.

Ada visualisasi yang belum dilakukan. Misalnya untuk memvisualkan dokumen yang mengutip dokumen lain. Visualisasi ini bisa menunjukkan indikasi self citation. Sehingga bisa dilihat tulisan apa yang mengutip tulisannya sendiri.

Atau juga visualisasi referensi paling populer. 

Kesimpulan:
Belum dibuat kesimpulan. :)


****
Rêbo Lêgi 23 Sapar Wawu 1953 AJ.


Share:

1 comment:

  1. Biasanya pembaca cepat dengan lihat kesimpulan, hahahha
    udah ditidak usah disimpukan saja biar dibaca sebumbu bumbunya

    ReplyDelete

Terimakasih, komentar akan kami moderasi