Penulisan menggunakan Latex memang agak berbeda dengan Ms. Word atau Libreoffice. Latex lebih mirip dengan Wordstar, sebuah aplikasi serupa sebelum Ms. Word. Penulis harus mendefisinisikan berbagai aturan yang dikehendaki pada baris-baris yang tersedia. Penulisan model inilah yang kadang menjadi momok penulis ketika menemukan jurnal yang mensyaratkan penggunaan Latex.
\documentclass{article}
\title{Cartesian closed categories and the price of eggs}
\author{Jane Doe}
\date{September 1994}
\begin{document}
\maketitle
Hello world!
\end{document}
Latex menerapkan filosofi What You See is What You Mean, atau apa yang kamu lihat merupakan apa yang kamu inginkan. Sementara Ms. Word menerapkan filosofi What You See is What You Get, apa yang kamu lihat merupakan apa yang akan kamu dapatkan.
Latex sendiri sebenarnya mesin, pemroses. Sementara antarmukanya bisa menggunakan banyak aplikasi. Miktex, Texwork, Texstudio merupakan beberapa contohnya. Selain itu, adapula LyX. Berbeda dengan 3 aplikasi pertama, LyX hampir mirip Ms. Word.
###
http://ijns.jalaxy.com.tw/contents/ijns-v20-n5/ijns-2018-v20-n5-p836-843.pdf |
Untuk memenuhi syarat paper menggunakan Latex, tidak harus menulis langsung di Latex. Namun bisa ditulis dahulu di aplikasi pengolah kata (Ms. Word, LibreOffice dll) kemudian dipindahkan. Namun demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, dan tentunya disesuaikan dengan guide for author. Baca baik-baik guide for author di jurnal.
Berikut ini kesalahan sepele yang pernah saya lakukan, sehingga manuskrip dikembalikan beberapa kali.
- penulisan judul UPPERCASE ke Capitalize Every Word
- penulisan kata kunci urut abjad dan diawali huruf besar
- penulisan section UPPERCASE ke Capitalize Every Word
- penulisan nama gambar Sentences style
- jenis file gambar
- serta yang cukup menyita waktu bagi penulis adalah menyesuaikan format .bib. Sangat mungkin jurnal tidak menerima format bib default hasil eksport dari Mendeley/Zotero.
###
Bagi teman-teman yang hendak belajar Latex, bisa menggunakan Latex online, misalnya overleaf.
Real men use LaTeX
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih, komentar akan kami moderasi