Perpustakaan merupakan suatu institusi yang penting dan di perlukan. Setidaknya ini dibuktikan oleh sejarah, mulai dari pertama kali perpustakaan muncul, menemukan bentuknya, dan mengalami berbagai revolusi/perubahan. Embrio perpustakaan berupa kumpulan catatan transaksi niaga, ini terjadi pada jaman purba. Sehingga bila dikaitkan dengan konsep perpustakaan modern jelas-jelas belum terpenuhi.. Catatan-catatan tersebut menggunakan kayu, batu dan lempengan. Kemudian ditemukan media tulis yang disebut papyrus terbuat dari sejenis ruput yang tumbuh di sepanjang sungai NIL. Penemuan ini ada pada 2500 SM dan digunakan sampai dengan 700-an Masehi. Penemuan media tulis berikutnya adalah terjadi di Cina, Eropa hingga akhirnya ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guttenberg. Peerkembangan perpustakaan kuno juga bisa kita telusur mulai dari Sumeria dan babylonia, dengan koleksi-koleksi berupa gambar (pictograph) yang diduga sudah terbuka untuk kawula kerajaan. Mesir dengan huruf hieroglyph-nya. Di Yunani, dengan didirikannya museum, yang salah satu bagiannya adalah perpustakana ayang mengumpulkan teks-teks dan manuskript dari segala bahasa di dunia. Roma, pada masa Julius Caesar, dengan dibukanya perpustakaan untuk umum. Byzantium, yang perpustakaannya menpunyai koleksi mencapai 120.000 buku. Di Arab terutama pada masa Khalifakh Al Makmun, yang mendirikan Bait Al Hikmah ( Rumah Kebijakan ) merupakan penggabungan antara perpustakaan, biro terjemah dan akademi.
Akhirnya pada masa-masa sekarang, di mana manusia telah mencapai kematangan sosial dan kultural. Pada masa-masa ini manusia butuh tempat untuk menyinpan hasil dari karya-karya kultural dan sosialnya.
Perpustakaan dari dahulu sampai sekarang dengan berbagai bentuknya jelas mengalami peningkatan. Diantaranya perubahan/bervariasinya media simpan yang digunakan, sistem klasifikasi koleksi perpustakaan yang digunakan, pengakuan oleh pemerintahan, serta pengakuan oleh masyarakat pemakai perpustakaan itu sendiri.
Mulculnya berbagai media informasi, tanggapan terhadap keperluan informasi, serta adanya ledakan informasi yang maha dasyat (information explosion) menimbulkan perubahan-perubahan pada perpustakaan. Perubahan tersebut adalah dengan bermunculannya berbagai jensi perpustakaan.
Perpustakaan sampai pada masa sekarang masih didominasi oleh dua tipe perpustakaan, yaitu perpustakaan kertas dan perpustakaan terotomasi. Perpustakaan kertas adalah perpustakaan yang teknik operasionalnya masih menggunakan kertas dan bahan pustaka yang dimilikipun adalah kertas. Sedangkan perpustakaan terotomasi merupakan perpustakaan yang dalam operasionalnya menggunakan komputer namun koleksi yang dimiliki masih dalam bentuk kertas.
Pada perpustakaan ini akses informasi masih terbatas. Karena jalur akses informasi masih ada sekat-sekat ruang dan waktu. Sehingga jarak dan tempat akan mempengaruhi dalam pengaksesan informasi.
Hingga akhirnya dalam perkembangan teknologi mulai di kenal media internet dan komputer yang semakin mendunia, serta bentuk media simpan yang semakin maju, dengan ditemukannya format penyimpanan digital. Penemuan-penemuan ini menjadikan perpustakaan juga harus menyesuaikan diri.
Membahas perpustakaan masa depan merupakan sebuah angan-angan, idealisme atau juga bisa dikatakan sebuah mimpi. Namun demikian idealisme perpustakaan masa depan itu itu harus kita bangun dengan berbagai hal yang telah ada sekarang, yang kita usahakan sekarang untuk menutup segala kekurangan yang ada sekarang.
Akses informasi yang tidak maksimal, ruang dan waktu yang masih membatasi penyebaran informasi, ketidakmampuan perpustakaan dalam menyediakan informasi sendirian, perkembangan teknologi yang semakin maju, serta berbagai jenis informasi yang muncul dalam hitungan detik, hal-hal tersebut menggugurkan anggapan bahwa didunia ini ada perpustakaan yang sangat lengkap yang mampu mengcover semua jenis informasi. Padahal di lain pihak manusia membutuhkan informasi tidak kenal waktu dan jenis informasi yang dibutuhkannya tidak bisa di duga sebelumnya.
Ada beberapa hal yang mendasari kenapa perpustakaan dimasa depan merupakan hal yang sangat urgen. Pertama globalisasi. Kehidupan dalam era global di mana lingkungan menuntut untuk berkompetisi. Kesuksesan aktifitas akan ditentukan oleh seberapa besar kemampuannya mengakses sumberdaya informasi global, yang mendukung aktiifitasnya. Dasar kedua adalah tren information explosion. Sejak pertengahan abad terakhir publikasi informasi mengalami peningkatan yang tidak bisa diprediksi. Sehingga mendapatkan, mengorganisir dan membuat informasi ini bisa di akses merupakan tantangan yang serius. Ketiga adalah revolusi dalam teknologi komputer, yang menimbulkan babak baru dalam akses informasi elektronik. Babak baru ini ditandai dengan online information yang bisa diakses tanpa batas dengan jaringan internet. Ketiga hal di atas menggiring manusia untuk selalu belajar. Sehingga timbul apa yang disebut dengan long life education and learning.
Tantangan dunia global tersebut menjadikan perpustakaan –sebagai penyedia informasi- harus melakukan inovasi-inovasi, serta pengembangan. Penyesuaian penyesuaian ini menuntut perubahan, baik pada dataran ide dasar perpustakaan maupun dalam hal teknis perpustakaan.
Jangkauan
Perpustakaan masa depan merupakan perpustakaan yang di bangun untuk semua, tanpa menjadikan berbagai perbedaan sebagai alasan dalam mengakses informasi. Warna kulit, agama, kebangsaan, dan perbedaan lainnya merupakan anugrah Tuhan bukan keinginan manusia yang bersangkutan. Sehingga menjadikannya alasan untuk membatasi akses informasi adalah sebuah kesalahan besar. Selama orang yang besangkutan memang membutuhkan informasi, yang informasi itu ada di perpustakaan yang dia tuju, kenapa tidak. Pertimbangan legalitas dan nilai ekonomis pada informasi pubik haruslah didialogkan.. Tentunya dengan tidak menyangkal bahwa dalam mendapatkan informasi tersebut memang diharuskan untuk memenuhi persyaratan tertentu, menjadi anggota/anggota baca misalnya.
Landasan legal formal kebebasan akses informasi ini adalah Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia pasal 19, yang menyatakan “ setiap orang berhak untuk mencari, menerima dan menyebarkan berbagai informasi maupun ide-ide baik lisan maupun tertulis melalui berbagai cara tanpa mengenal batas-batas negaraâ€
Hal ini sejalan dengan prinsip pengembangan ilmu pengetahuan yang harus bebas nilai. Dalam hal ini artinya siapapun berhak mendapatkan informasi publik dan mengembangkannya tanpa harus takut akan sekat-sekat yang membatasi (warna kulit, kebangsaan, bahasa, bahkan agama). Namun demikian dalam pemanfaatan ilmu/informasi haruslah sarat nilai. Dalam hal ini adalah kemaslahatan untuk ummat manusia.
Hal ini berlaku pada berbagai bentuk layanan perpustakaan. Baik itu yang masih menyimpan koleksi tercetak maupun yang sudah mengemas koleksinya dalam bentuk digital. Lebih-lebih pada perpustakaan yang mengemas koleksinya dalam bentuk digital dan online di internet. Maka semua orang di mana saja, kapan saja bisa menikmati informasi yang ditawarkan dengan mudah dan murah. Selain itu dengan koleksi digital ini maka satu file bisa di share oleh banyak orang dengan ruang dan waktu yang berbeda.
Dialog dan sirkulasi informasi tidak terbatas ruang dan waktu. Pustakawan bisa menawarkan informasi yang dimiliki kepada orang dimanapun dia berada. Demikian pula user bisa menghubungi pustakwan untuk sekedar menanyakan apa yang dimiliki oleh perpustakaannya, atau menanyakan apakan informasi yang dia butuhkan ada di perpustakaan itu serta semua kegiatan sesudahnya bisa dilakukan dari jarak jauh.
Organisasi
Struktur organisasi yang mantap, jelas, lengkap sesuai kebutuhan dan dengan tanggungjawab masing-masing bagian. Organisasi yang mantap tidak gemuk, tapi juga tidak harus ramping. Selama distribusi beban pekerjaan jelas, merata dan mengcover semua lini sesuai kebutuhan, maka itu cukup. Meskipun dengan sedikit orang sekalipun. Adobsi model-model struktur organisasi yang ada di instansi-instansi komersial pun tidak menjadi masalah. Sudah selayaknya di perpustakaan ada Public Relation untuk menjembatani perpustakaan dengan pihak luar. Demikian juga bagian analis pasar, yang bekerja untuk selalu menganalisa arus informasi yang dibutuhkan dan yang ada di tingkat publik itu seperti apa. Demikian pula bagian-bagian yang lain. Kesensitifan terhadap informasi-informasi baru yang berkembang di luar perpustakaan harus selalu ada.
Kaitannya dengan kegiatan organisasi perpustakaan, pada masa-masa yang akan datang dengan aliran informasi yang semakin deras, adalah suatu hal yang tidak mungkin bagi perpustakaan untuk menangani informasi sendirian. Maka sebenarnya era stand alone library itu sudah selesai. Perpustakaan masa depan haruslah mampu membangun kerjasama yang sinergis, kompak dan saling menguntungkan antar perpustakaan. Kerjasama dalam hal tukar menukar informasi, ataupun koleksi yang dimiliki dengan kesepakatan-kesepakatan kedua belah pihak atau lebih.
Pustakawan yang handal, juga marupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Pustakawan haruslah menjadi mediator pengetahuan. Dengan mengemukakan pandangan-pandangan tentang badan-badan pengetahuan yang bisa menuntun ke sumber informasi yang dibutuhkan oleh pemakai. Atau dalam bahasa ringkasnya pustakawan bisa menemukan, menyediakan dan menyampaikan informasi. Sebagai arsitek informasi, dalam hal ini pustakawan dituntut untuk mengorganisisr informasi, sehingga yang rumit bisa disederhanakan dan mudah dipahami oleh pemakai. Serta mengkreasi struktur informasi sehingga memungkinkan pemakai bisa menelusur informasi dengan mudah dan mandiri. Selain kedua hal di atas, dua peran pustakawan yang lainnya adalah pustakawan hibrida dan pemelihara pengetahuan. Sebagai pustakawan hibrida, pustakawan harus mampu memadukan pelayanan pemakain dalam dua model koleksi, koleksi tercetak dan koleksi digital. Dalam pemeliharaan pengatahuan, berkaitan dengan preservasi koleksi yang dimiliki. Hal ini sangat penting, karena tanpa kemampuan yang handal beragam koleksi yang dimiliki perpustakaan bisa lenyap ataupun rusak.
Kekayaan Informasi
Materi koleksi perpustakaan masa depan meliputi materi dari berbagai sumber, sehingga pemakai bisa mengetahui dan mengkomparasikan berbagai informasi yang didapatkannya. Koleksi berikut isi dari informasi yang dimiliki ini dikelola dengan database yang aksesibilitasnya tinggi. Data base yang bisa menunjukkan kapada pemakai akan isi dari informasi. Kelengkapan database standar internasional harus dipenuhi. Sehingga dengan jaringan global, maka semua orang lintas negara akan bisa menikmati koleksi yang ditawarkan. Selain hal tersebut updating informasi haruslah selalu berjalan. Perpustakaan harus sensitif dengan berbagai informasi yang ada di masyarakat.
Fisik Perpustakaan
Bentuk tampilan fisik perpustakaan masa depan sangat penting. Hal ini berhubungan dengan kenyamanan, keefektif dan efisienan pelayanan. Dukungan arsitektur yang sesuai kebutuhan sangatlah penting. Pembagian fungsi-fungsi ruang haruslah disesuaikan dan berorientasi kepada pemakai. Yang pada titik akhir menjadikan bentuk atau fisik perpustakaan hal yang membuat pemakai bisa betah untuk menggali informasi di perpustakaan.
Beberapa hal di atas merupakan sesuatu dari sekian banyak hal yang idealkan untuk perpustakaan masa depan. Dalam hal penamaan bisa bermacam-macam. Terminologi yang banyak dipakai orang saat ini adalah Digital Library. Namun sesungguhnya, menilik dari apa yang ada sekarang idealnya perpustakaan masa depan adalah gabungan antara konsep Digital Library murni dengan perpustakaan terautomasi. Sehingga kekurangan dan kelebihan antara keduanya menjadi saling melengkapi.
Inovasi-inovasi memang merupakan hal yang wajib ‘ain untuk kita lakukan. Sehingga perpustakaan tidak hanya terkesan sebagai gudang berbagai bentuk koleksi. Namun dengan inovasi tersebut bisa meneguhkan bahwa perpustakaan juga merupakan wahana terbentuk, berkumpul, berdialektika, bergumul, berbenturannya ide-ide, hingga menemukan bentuknya yang ideal.
Kelebihan dan Kekurangan
Mengacu pada konsep di atas maka perpustakaan akan dapat menghimpun semua koleksi yang dinginkan dan mendesiminasikan ke berbagai pihak yang membutuhkan. Bebagai jenis informasi dan berbagai jenis pengguna. Namun demikian ada kalanya ada bentuk-bentuk informasi yang harus di rahasiakan demi keamanan negara. Sebagai contoh Data Geologi dan Geofisika, yang menunjukkan kekayaan alam suatu bangsa yang diteliti dengan biaya banyak. Data tentang penyelidikan tersangka pelaku tindak pidana dan perdata, dan data-data lainnya. Permasalahan hakcipta dan permasalahan penarikan biaya.
Daftar Pustaka
Qalyubi, Syuhabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga.
Keraf, A. Sonny and Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta: Kanisius
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, http://www.unhchr.ch/udhr/lang/inz.pdf 22 Oktober 2005 pukul 8:26 PM 10/22/2005
A Strategic Plan For The Future Of Library Services In Massachusetts. 1993. http://mblc.state.ma.us/mblc/publications/other/stratplan.php 19 Oktober 2005, pukul 10.00
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo, Romi Satria. 2003. Menengok Proyek Digital Library
www.ilmukomputer.com 19 oktober 2005 pukul 10.00
Harkrisnowo, Harkristuti. 2004. Kebabasan Informasi dan Pembatasan Rahasia Negara.
http://kebebasan-informasi.blogspot.com/2004/11/tentang-rahasia-negara-dan-kebebasan_16.html 22 oktober 2005 pukul 10.00
Akhirnya pada masa-masa sekarang, di mana manusia telah mencapai kematangan sosial dan kultural. Pada masa-masa ini manusia butuh tempat untuk menyinpan hasil dari karya-karya kultural dan sosialnya.
Perpustakaan dari dahulu sampai sekarang dengan berbagai bentuknya jelas mengalami peningkatan. Diantaranya perubahan/bervariasinya media simpan yang digunakan, sistem klasifikasi koleksi perpustakaan yang digunakan, pengakuan oleh pemerintahan, serta pengakuan oleh masyarakat pemakai perpustakaan itu sendiri.
Mulculnya berbagai media informasi, tanggapan terhadap keperluan informasi, serta adanya ledakan informasi yang maha dasyat (information explosion) menimbulkan perubahan-perubahan pada perpustakaan. Perubahan tersebut adalah dengan bermunculannya berbagai jensi perpustakaan.
Perpustakaan sampai pada masa sekarang masih didominasi oleh dua tipe perpustakaan, yaitu perpustakaan kertas dan perpustakaan terotomasi. Perpustakaan kertas adalah perpustakaan yang teknik operasionalnya masih menggunakan kertas dan bahan pustaka yang dimilikipun adalah kertas. Sedangkan perpustakaan terotomasi merupakan perpustakaan yang dalam operasionalnya menggunakan komputer namun koleksi yang dimiliki masih dalam bentuk kertas.
Pada perpustakaan ini akses informasi masih terbatas. Karena jalur akses informasi masih ada sekat-sekat ruang dan waktu. Sehingga jarak dan tempat akan mempengaruhi dalam pengaksesan informasi.
Hingga akhirnya dalam perkembangan teknologi mulai di kenal media internet dan komputer yang semakin mendunia, serta bentuk media simpan yang semakin maju, dengan ditemukannya format penyimpanan digital. Penemuan-penemuan ini menjadikan perpustakaan juga harus menyesuaikan diri.
Membahas perpustakaan masa depan merupakan sebuah angan-angan, idealisme atau juga bisa dikatakan sebuah mimpi. Namun demikian idealisme perpustakaan masa depan itu itu harus kita bangun dengan berbagai hal yang telah ada sekarang, yang kita usahakan sekarang untuk menutup segala kekurangan yang ada sekarang.
Akses informasi yang tidak maksimal, ruang dan waktu yang masih membatasi penyebaran informasi, ketidakmampuan perpustakaan dalam menyediakan informasi sendirian, perkembangan teknologi yang semakin maju, serta berbagai jenis informasi yang muncul dalam hitungan detik, hal-hal tersebut menggugurkan anggapan bahwa didunia ini ada perpustakaan yang sangat lengkap yang mampu mengcover semua jenis informasi. Padahal di lain pihak manusia membutuhkan informasi tidak kenal waktu dan jenis informasi yang dibutuhkannya tidak bisa di duga sebelumnya.
Ada beberapa hal yang mendasari kenapa perpustakaan dimasa depan merupakan hal yang sangat urgen. Pertama globalisasi. Kehidupan dalam era global di mana lingkungan menuntut untuk berkompetisi. Kesuksesan aktifitas akan ditentukan oleh seberapa besar kemampuannya mengakses sumberdaya informasi global, yang mendukung aktiifitasnya. Dasar kedua adalah tren information explosion. Sejak pertengahan abad terakhir publikasi informasi mengalami peningkatan yang tidak bisa diprediksi. Sehingga mendapatkan, mengorganisir dan membuat informasi ini bisa di akses merupakan tantangan yang serius. Ketiga adalah revolusi dalam teknologi komputer, yang menimbulkan babak baru dalam akses informasi elektronik. Babak baru ini ditandai dengan online information yang bisa diakses tanpa batas dengan jaringan internet. Ketiga hal di atas menggiring manusia untuk selalu belajar. Sehingga timbul apa yang disebut dengan long life education and learning.
Tantangan dunia global tersebut menjadikan perpustakaan –sebagai penyedia informasi- harus melakukan inovasi-inovasi, serta pengembangan. Penyesuaian penyesuaian ini menuntut perubahan, baik pada dataran ide dasar perpustakaan maupun dalam hal teknis perpustakaan.
Jangkauan
Perpustakaan masa depan merupakan perpustakaan yang di bangun untuk semua, tanpa menjadikan berbagai perbedaan sebagai alasan dalam mengakses informasi. Warna kulit, agama, kebangsaan, dan perbedaan lainnya merupakan anugrah Tuhan bukan keinginan manusia yang bersangkutan. Sehingga menjadikannya alasan untuk membatasi akses informasi adalah sebuah kesalahan besar. Selama orang yang besangkutan memang membutuhkan informasi, yang informasi itu ada di perpustakaan yang dia tuju, kenapa tidak. Pertimbangan legalitas dan nilai ekonomis pada informasi pubik haruslah didialogkan.. Tentunya dengan tidak menyangkal bahwa dalam mendapatkan informasi tersebut memang diharuskan untuk memenuhi persyaratan tertentu, menjadi anggota/anggota baca misalnya.
Landasan legal formal kebebasan akses informasi ini adalah Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia pasal 19, yang menyatakan “ setiap orang berhak untuk mencari, menerima dan menyebarkan berbagai informasi maupun ide-ide baik lisan maupun tertulis melalui berbagai cara tanpa mengenal batas-batas negaraâ€
Hal ini sejalan dengan prinsip pengembangan ilmu pengetahuan yang harus bebas nilai. Dalam hal ini artinya siapapun berhak mendapatkan informasi publik dan mengembangkannya tanpa harus takut akan sekat-sekat yang membatasi (warna kulit, kebangsaan, bahasa, bahkan agama). Namun demikian dalam pemanfaatan ilmu/informasi haruslah sarat nilai. Dalam hal ini adalah kemaslahatan untuk ummat manusia.
Hal ini berlaku pada berbagai bentuk layanan perpustakaan. Baik itu yang masih menyimpan koleksi tercetak maupun yang sudah mengemas koleksinya dalam bentuk digital. Lebih-lebih pada perpustakaan yang mengemas koleksinya dalam bentuk digital dan online di internet. Maka semua orang di mana saja, kapan saja bisa menikmati informasi yang ditawarkan dengan mudah dan murah. Selain itu dengan koleksi digital ini maka satu file bisa di share oleh banyak orang dengan ruang dan waktu yang berbeda.
Dialog dan sirkulasi informasi tidak terbatas ruang dan waktu. Pustakawan bisa menawarkan informasi yang dimiliki kepada orang dimanapun dia berada. Demikian pula user bisa menghubungi pustakwan untuk sekedar menanyakan apa yang dimiliki oleh perpustakaannya, atau menanyakan apakan informasi yang dia butuhkan ada di perpustakaan itu serta semua kegiatan sesudahnya bisa dilakukan dari jarak jauh.
Organisasi
Struktur organisasi yang mantap, jelas, lengkap sesuai kebutuhan dan dengan tanggungjawab masing-masing bagian. Organisasi yang mantap tidak gemuk, tapi juga tidak harus ramping. Selama distribusi beban pekerjaan jelas, merata dan mengcover semua lini sesuai kebutuhan, maka itu cukup. Meskipun dengan sedikit orang sekalipun. Adobsi model-model struktur organisasi yang ada di instansi-instansi komersial pun tidak menjadi masalah. Sudah selayaknya di perpustakaan ada Public Relation untuk menjembatani perpustakaan dengan pihak luar. Demikian juga bagian analis pasar, yang bekerja untuk selalu menganalisa arus informasi yang dibutuhkan dan yang ada di tingkat publik itu seperti apa. Demikian pula bagian-bagian yang lain. Kesensitifan terhadap informasi-informasi baru yang berkembang di luar perpustakaan harus selalu ada.
Kaitannya dengan kegiatan organisasi perpustakaan, pada masa-masa yang akan datang dengan aliran informasi yang semakin deras, adalah suatu hal yang tidak mungkin bagi perpustakaan untuk menangani informasi sendirian. Maka sebenarnya era stand alone library itu sudah selesai. Perpustakaan masa depan haruslah mampu membangun kerjasama yang sinergis, kompak dan saling menguntungkan antar perpustakaan. Kerjasama dalam hal tukar menukar informasi, ataupun koleksi yang dimiliki dengan kesepakatan-kesepakatan kedua belah pihak atau lebih.
Pustakawan yang handal, juga marupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Pustakawan haruslah menjadi mediator pengetahuan. Dengan mengemukakan pandangan-pandangan tentang badan-badan pengetahuan yang bisa menuntun ke sumber informasi yang dibutuhkan oleh pemakai. Atau dalam bahasa ringkasnya pustakawan bisa menemukan, menyediakan dan menyampaikan informasi. Sebagai arsitek informasi, dalam hal ini pustakawan dituntut untuk mengorganisisr informasi, sehingga yang rumit bisa disederhanakan dan mudah dipahami oleh pemakai. Serta mengkreasi struktur informasi sehingga memungkinkan pemakai bisa menelusur informasi dengan mudah dan mandiri. Selain kedua hal di atas, dua peran pustakawan yang lainnya adalah pustakawan hibrida dan pemelihara pengetahuan. Sebagai pustakawan hibrida, pustakawan harus mampu memadukan pelayanan pemakain dalam dua model koleksi, koleksi tercetak dan koleksi digital. Dalam pemeliharaan pengatahuan, berkaitan dengan preservasi koleksi yang dimiliki. Hal ini sangat penting, karena tanpa kemampuan yang handal beragam koleksi yang dimiliki perpustakaan bisa lenyap ataupun rusak.
Kekayaan Informasi
Materi koleksi perpustakaan masa depan meliputi materi dari berbagai sumber, sehingga pemakai bisa mengetahui dan mengkomparasikan berbagai informasi yang didapatkannya. Koleksi berikut isi dari informasi yang dimiliki ini dikelola dengan database yang aksesibilitasnya tinggi. Data base yang bisa menunjukkan kapada pemakai akan isi dari informasi. Kelengkapan database standar internasional harus dipenuhi. Sehingga dengan jaringan global, maka semua orang lintas negara akan bisa menikmati koleksi yang ditawarkan. Selain hal tersebut updating informasi haruslah selalu berjalan. Perpustakaan harus sensitif dengan berbagai informasi yang ada di masyarakat.
Fisik Perpustakaan
Bentuk tampilan fisik perpustakaan masa depan sangat penting. Hal ini berhubungan dengan kenyamanan, keefektif dan efisienan pelayanan. Dukungan arsitektur yang sesuai kebutuhan sangatlah penting. Pembagian fungsi-fungsi ruang haruslah disesuaikan dan berorientasi kepada pemakai. Yang pada titik akhir menjadikan bentuk atau fisik perpustakaan hal yang membuat pemakai bisa betah untuk menggali informasi di perpustakaan.
Beberapa hal di atas merupakan sesuatu dari sekian banyak hal yang idealkan untuk perpustakaan masa depan. Dalam hal penamaan bisa bermacam-macam. Terminologi yang banyak dipakai orang saat ini adalah Digital Library. Namun sesungguhnya, menilik dari apa yang ada sekarang idealnya perpustakaan masa depan adalah gabungan antara konsep Digital Library murni dengan perpustakaan terautomasi. Sehingga kekurangan dan kelebihan antara keduanya menjadi saling melengkapi.
Inovasi-inovasi memang merupakan hal yang wajib ‘ain untuk kita lakukan. Sehingga perpustakaan tidak hanya terkesan sebagai gudang berbagai bentuk koleksi. Namun dengan inovasi tersebut bisa meneguhkan bahwa perpustakaan juga merupakan wahana terbentuk, berkumpul, berdialektika, bergumul, berbenturannya ide-ide, hingga menemukan bentuknya yang ideal.
Kelebihan dan Kekurangan
Mengacu pada konsep di atas maka perpustakaan akan dapat menghimpun semua koleksi yang dinginkan dan mendesiminasikan ke berbagai pihak yang membutuhkan. Bebagai jenis informasi dan berbagai jenis pengguna. Namun demikian ada kalanya ada bentuk-bentuk informasi yang harus di rahasiakan demi keamanan negara. Sebagai contoh Data Geologi dan Geofisika, yang menunjukkan kekayaan alam suatu bangsa yang diteliti dengan biaya banyak. Data tentang penyelidikan tersangka pelaku tindak pidana dan perdata, dan data-data lainnya. Permasalahan hakcipta dan permasalahan penarikan biaya.
Daftar Pustaka
Qalyubi, Syuhabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga.
Keraf, A. Sonny and Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta: Kanisius
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, http://www.unhchr.ch/udhr/lang/inz.pdf 22 Oktober 2005 pukul 8:26 PM 10/22/2005
A Strategic Plan For The Future Of Library Services In Massachusetts. 1993. http://mblc.state.ma.us/mblc/publications/other/stratplan.php 19 Oktober 2005, pukul 10.00
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo, Romi Satria. 2003. Menengok Proyek Digital Library
www.ilmukomputer.com 19 oktober 2005 pukul 10.00
Harkrisnowo, Harkristuti. 2004. Kebabasan Informasi dan Pembatasan Rahasia Negara.
http://kebebasan-informasi.blogspot.com/2004/11/tentang-rahasia-negara-dan-kebebasan_16.html 22 oktober 2005 pukul 10.00