Memasuki gerbang kampus, sorot mata keamanan kampus langsung tertuju padanya. Tanpa fufu fafa, Kimpul ditanya, “Kenapa pakai bungkus plastik?”.
Plastik merupakan potensi sampah yang sulit diurai. Kampus menerapkan peraturan ketat terkait plastik. Peraturan adalah peraturan. Harus ditegakkan setegak-tegaknya. Bukankah peraturan itu dibuat untuk menciptakan keteraturan dan kedisiplikan, juga keadilan. Siapa bawa plastik harus dicatat pada buku besar. Catatan itu sebagai bukti dan sejarah, bahwa ada murid bandel di kampus. Catatan itu hanya bisa dihapus jika Kimpul mau ikut berkontribusi, patroli menegakkan peraturan kampus.
Pada hari Rabu, Gaplek, tenaga kependidikan kampus, berangkat kerja. Gaplek datang ke kampus naik ojek online. Motornya sedang tidak baik-baik saja. Perlu dibengkelkan. Sampai gerbang kampus, Geplek dicegat Kimpul. Dengan berseragam rompi biru, Kimpul melakukan interogasi, “Kenapa tidak pakai helm?”.
Helm wajib dipakai saat naik kotor, meskipun di dalam kampus. Kampus menerapkan peraturan ketat tentang helm. Ini wujud kepedulian pada keselamatan warga kampus. Peraturan adalah peraturan. Harus ditegakkan setegak-tegaknya. Bukankah peraturan itu dibuat untuk menciptakan keteraturan dan kedisiplikan, juga keadilan. Siapapun yang naik motor tidak pakai helm harus dicatat pada buku besar. Catatan itu sebagai bukti dan sejarah, bahwa ada tendik bandel di kampus. Catatan itu hanya bisa dihapus jika Gaplek mau berkontribusi pada penegakan peraturan kampus. Gaplek harus ikut patroli.
Pada hari Kamis, Pak dosen Kaspo habis mengajar. Mulutnya kecut. Di taman kampus dia keluarkan bekal slepen berisi tembakau, lengkap dengan cengkeh dan woor cap 55. Setelah diramu, diapun klepas-klepus merokok. Gaplek, tendik yang tempo hari tertangkap tidak pakai helm, melihat dosen Kaspo. Di dekati, disapa, dan kemudian di tanya, “Pak Dosen merokok?”.
Merokok adalah hal nista di kampus. Kampus menerapkan peraturan ketat tentang rokok. Ini wujud kepedulian pada kesehatan warga kampus. Peraturan adalah peraturan. Harus ditegakkan setegak-tegaknya. Bukankah peraturan itu dibuat untuk menciptakan keteraturan dan kedisiplikan, juga keadilan. Siapa yang merokok di dalam kampus harus dicatat pada buku besar. Catatan itu sebagai bukti dan sejarah, bahwa ada dosen bandel merokok di kampus. Catatan itu hanya bisa dihapus jika dosen Kaspo mau berkontribusi pada penegakan peraturan kampus. Dosen Kaspo harus ikut patroli.
Pada hari Jumat, Bu Mlati ke kampus. Bu Mlati adalah istri dosen, pegiat dharma wanita. Seperti biasanya, dia menuju kantin kampus. Buka lapak dagangan, baik bikinan sendiri maupun titipan. Mulai dari minuman ringan sampai makanan berat. Baik dipajang di etalase, maupun ada di kulkas.
Dosen Kaspo habis mengajar. Meski mulutnya kecut, dia tak lagi berani merokok. Khawatir dipergoki Gaplek. Diapun masuk kantin, mencari cemilan pengganti rokok. Begitu masuk kantin, dosen Kaspo tak menyangka isi di dalamnya. Dia dapati banyak dagangan kantin yang berbungkus plastik. Benda terlarang di kampus tempat dia berkerja.
Dosen Kaspo pun dapat ide untuk menghapus catatan pelanggaran merokok yang tempo hari dilakukannya. Temuan plastik sebagai bungkus dagangan di kantin akan diajukan sebagai bukti penghapus catatan.
Dia dekati bu Mlati, untuk menanyakan dan memotret untuk ambil bukti.
Sebelum dosen Kaspo mengutarakan maksudnya, bu Mlati, anggota dharma wanita itu sudah lebih dulu menatap tajam ke dosen Kaspo. Nyali dosen Kaspo ciut. Wibawa di depan kelas saat mengajar, hilang seketika. Mengkerut, lalu sirna. Dosen Kaspo tidak berani melanjutkan misinya menghapus catatan pelanggaran.
Tak berani membalas tatapan bu Mlati, dosen Kaspo balik kanan. Pergi keluar kampus, jajan bakso dan es teh di warung Yu Terong.
[tamat]
Cerpen di atas terinspirasi dari cerpen mini berjudul "Hukuman" karya Eko Triyono yang dimuat pada buku Republik Rakyat Lucu. Judul buku ini juga menginspirasi penamaan Universitas Rakyat Lucu pada tulisan ini.