Thursday 19 June 2014

Menghidupkan @perpusftugm

Ini adalah tulisan singkat, khusus terkait beberapa upaya menghidupkan perpusatkaan FT UGM. Tulisan terkait sebelumnya berhubungan dengan pengalaman perperiode ketika saya ditempatkan di Perpustakaan FT UGM. Semoga dapat diambil manfaatnya, dan tentunya saya membuka ruang dialog jika ada kritik ataupun saran yang dapat membantu kami dalam pengelolaan perpustakaan FT UGM.
---------------*---------------
Dari 100% koleksi perpustakaan FT UGM, saat ini hanya tersisa 20% yang disajikan. Delapan puluh persen dihibahkan ke perpustakaan jurusan, ke perpustakaan pusat dan disimpan di tempat penyimpanan sementara.

Hal ini berlaku sejak tahun 2012. Hasilnya kegiatan sirkulasi menjadi berkurang drastis. Kekhawatiran yang muncul di depan mata adalah perpustakaan akan ditinggalkan oleh penggunanya. 
Sebelum masuk  di perpustakaan ini, saya mendengar perpustakaan akan diubah menjadi E-Library. Bahkan saya pernah mendengar mahasiswa menyebut perpustakaan FT UGM sebagai e-lib, sesuai dengan yang terpampang di gedung perpustakaan. "Mau ke E-Lib pak", begitu jawab mahasiswa atas pertanyaan saya.
-----*-----
Karena saya minim informasi tentang E-Lib, maka lupakanlah e-lib itu. Mulai dari awal, lihat dan cari yang bisa dilakukan.

Dengan segala keterbatasan kami berfikir apa yang harus kami lakukan agar perpustakaan FT UGM tidak mati. Koleksi buku di ruang baca jurusan sudah kuat, koleksi tugas akhir semua ada di ruang baca jurusan. Satu-satunya yang kami miliki di Perpustakaan FT UGM adalah ruang/gedung dan semangat.
----*-----
Kunci yang harus dilakukan di perpustakaan FT UGM adalah membuat sesuatu (koleksi atau kegiatan) yang tidak ada di perpustakaan jurusan. Jika di jurusan telah memiliki koleksi kuat tentang subyek ilmu sesuai jurusannya masing-masing, maka perpustakaan fakultas tidak perlu mengejarnya. Sia-sia... Cukup mengelelola informasi di masing-masing jurusan dalam level fakultas. Perpustakaan fakultas menjadi jembatan informasi antar jurusan. Demikian, dengan tetap mencari kreatifitas lain.
--------*---------
Katalog induk perpustakaan FT UGM yang menyatukan berbagai koleksi di jurusan dan pascasarjana FT UGM adalah projek awal. Alhamdulillah berhasil, meskipun tidak semuanya realtime. Alamat katalog induk ini adalah kit.ft.ugm.ac.id, yang menyatukan koleksi 10 perpustakaan di lingkungan FT UGM. Dari 10, hanya 3 perpustakaan yang bisa real time update koleksi di katalog induk.



Projek kedua adalah memoles ulang website perpustakaan FT UGM. Web ini pada awalnya tidak hidup, tanpa update informasi dan tidak ada berbagai tautan yang mencirikan bahwa web tersebut adalah web perpustakaan.



Twitter menjadi target berikutnya. Mahasiswa dan organisasi mahasiswa ternyata banyak yang menggunakan twitter sebagai sarana berinteraksi. Ini kami lihat dari poster publikasi kegiatan mereka yang mencantumkan akun twitter. 
Akun @perpusftugm kami buat sebagai akun twitter perpustakaan FT UGM. Dengan twitter ini, 8 organisasi mahasiswa di tiap jurusan dapat kami jangkau, termasuk twit UGM dan berbagai organisasi yang ada di UGM dan Jogjakarta. Twitter perpusakaan lain di dalam dan luar negeri juga kami sapa.
--------*---------

Buku non-teknik adalah sasaran berikutnya. Pengadaan buku pertama kali saya adalah 90%:10% untuk buku non teknik dan teknik. Novel, biografi, sejarah, cerpen, motivasi, inspirasi adalah beberapa jenis buku yang kami beli.  Menurut bagian sirkulasi, buku-buku inilah yang akhirnya banyak dipinjam oleh mahasiswa. Sebenarnya perpustakaan memiliki banyak koleksi referensi bidang teknik. Namun sepertinya jarang disentuh mahasiswa. Sebabnya apa? sampai saya menulis ini saya belum melakukan investigasi. :)

Kegiatan berikutnya adalah projek kolaborasi dengan mahasiswa. Muncul Engineering English Club bersama mahasiswa FT UGM lintas jurusan, mengadakan kegiatan dengan organisasi mahasiswa, mengundang dosen/penulis untuk bedah buku, kegiatan bersama mahasiswa pascasarjana,  sebagai tempat kuliah umum dan lainnya.

Workshop berkala dengan materi tentang Zotero, Mendeley, Prezi, LyX, Mindmapping menjadi kegiatan berikutnya. Kegiatan ini bersifat bebas biaya, terbuka untuk semua civitas akademika UGM apapun jenjang pendidikan dan dari manapun fakultasnya. Bahkan kami berusaha mencantumkan biaya konsumsi peserta di RKAT Perpustakaan.

Kegiatan ilmiah di perguruan tinggi sering dilakukan, namun dokumentasinya kadang terlupakan. Berkaitan dengan hal ini, kami berusaha memulai melakukan perekaman kegiatan ilmiah. Tercatat kegiatan kuliah, kegiatan seminar, dan pelatihan pernah kami rekam. Namun terkendala SDM untuk mengolah video ini menjadi layak tonton.

Sembari bekerja, kami berusaha melebarkan sayap sekaligus menambal berbagai kekurangan yang ada di perpustakaan. Meningkatkan kompetensi, mencari ide baru, mempelajari teknologi baru, mulai  melakukan pembinaan koleksi, penataan ruang berkelanjutan, dan berjejaring kami lakukan. Komunikasi dengan alumni kami lakukan, dengan harapan mereka akan berkenan membantu kerja-kerja penyediaan informasi. Berhasil, ada beberapa alumni yang menawarkan diri untuk membantu.
--------------*--------------
Bagaimana keadaan perpustakaan FT UGM saat ini? masih banyak hal yang belum kami kerjakan.

Perpustakaan FT UGM
bulan keenam, hari ke sembilanbelas
tahun duaribu empatbelas
,

Cetak kartu anggota di SLiMS tidak muncul backgroundnya?

Bagi yang ketika mencetak kartu anggota di SLiMS, warga/gambar latar tidak muncul, maka silakan periksa seting perambah yang anda gunakan.

Silakan lihat gambar di bawah ini, dan contreng "Print Background Colour" dan  "Print Background Images"

Keterangan Header dan Footer memungkinkan anda untuk menghilangkan beberapa pilihan keterangan cetak dokumen. Misal judul, url, tanggal dan lainnya.

Friday 13 June 2014

,

Library English Club @perpusteknikgeologiugm

Kami lupa, tahun berapa ide ini muncul. Bersama pak Ngudi Raharjo, waktu itu ketika kami bersama-sama mengelola perpustakaan Teknik Geologi UGM.

Idenya sederhana, dua hari dalam seminggu mahasiswa yang masuk perpustakaan, bertanya kepada pustakawan, antar mahasiswa dan lainnya diusahakan dilakukan dengan bahasa Inggris. Bukan kewajiban, tapi himbauan untuk melatih berbicara menggunakan bahasa Inggris.

Mahasiswa pasca Teknik Geologi yang berasal dari berbagai negara, turut menjadi latar belakang kegiatan ini.  Sebagai karyawan, kami juga pernah fasilitasi kursus bahasa Inggris (satu kantor). Kami berfikir sayang sekali jika setelah kursus hilang begitu saja tanpa praktik. Dengan ide ini, selain kami melayani juga bisa sambil belajar.

himbauan yang terpasang di papan pengumuman
Kegiatan ini dilakukan sebelum 2012, namun tanggal dan bulannya saya lupa. Sekarang 2014, maka saya kira telah 3 tahun lebih hal ini dilakukan. Pada awalnya hanya kesepakatan di internal perpusakaan, namun akhirnya mahasiswa, khususnya "English Club" yang dimiliki Himpunan Mahasiswa merespon kegiatan ini. Perpustakaan yang relatif kecil (70m2) membuat kegiatan lebih terasa berbobot,  Koleksi yang lengkap, serta 99% buku yang ada adalah berbahasa Inggris turut melengkapi kegiatan ini.

Saat ini, kegiatan ini masih berjalan, berlaku pada hari Senin dan Kamis. Yudistira, pustakawan yang sejak 1 Mei 2012 mengelola perpustaskaan Teknik Geologi UGM pun tetap melaksanakan kegiatan ini. Bahkan setelah beliau sendirian di perpustakaan. Tentunya dengan berbagai perbaikan yang diperlukan. Maju terus bro..!!!

Dengan mahasiswa yang terasa akrab, tidak membuat canggung ketika kami salah mengucap. Justru mahasiswa juga akan berusaha mengoreksi, atau kami justru bertanya langsung tentang grammar, tenses atau hal lainnya.

Sunday 8 June 2014

,

Pengalaman kedua: Delapan tahun di Perpustakaan Teknik Geologi UGM

belajar bersama di perpus TGL UGM
Setelah magang di Perpustakaan Fisipol UGM, saya diterima bekerja di Perpustakaan FT UGM dan ditempatkan di Perpustakaan Jurusan Teknik Geologi UGM mulai 1 Juli 2004.

Ada dua rekan kuliah seangkatan saya, Dwi Riswanto dan Bagus yang juga diterima. Bagus ditempatkan di Teknik Sipil sementara Dwi di Arsitektur.
Kami bertiga mengambil surat penggilan sambil menyempatkan melihat perpustakaan yang akan kami tempati. Kami menyambangi perpustakaan-perpustakaan tersebut, tentunya dengan wajah sumringah dan langkah yang mantap..
Setelah semua dilihat (3 perpustakaan), saya  iri. Perpustakaan Arsitektur dan Sipil lebih bagus dari pada perpustakaan Teknik Geologi. Dari sisi
surat cinta dari pak Dekan  FT UGM
luas perpustakaan, fasilitas, dan sepertinya juga kenyamanan, perpustakaan Teknik Arsitektur dan Teknik Sipil lebih bagus.
Tapi takdir tak boleh ditolak. Saya harus mulai bekerja di tempat ini.

-------*---------
Seiring waktu, berbagai pengalaman saya dapatkan di perpustakaan mungil seluas 70m2 ini. Ternyata dengan kekurangan yang saya lihat pada pertama kali itu, saya betah 8 tahun di Jurusan Teknik Geologi. Jika tidak diminta pindah, sepertinya saya akan lebih lama lagi di jurusan ini.

------*-----

Di Perpustakaan Teknik Geologi saya berpartner dengan Pak Ngudi Raharjo. Orangnya unik namun terbuka dan mendukung kemajuan. Berbagai percobaan saya di perpustakaan didukungnya. Sebuah komputer rusak karena sering saya otak-atik dalam berbagai percobaan. :)

Ada beberapa hal yang membuat saya sempat grogi ketika bekerja di Perpustakaan Teknik Geologi. Beberapa diantaranya: ketika pertama kali sendirian jaga perpustakaan karena ada teman yang ijin tidak masuk, dan  ketika diprotes mahasiswa karena dianggap tidak adil dalam melayani.
Tapi, lepas dari semua itu... bekerja di perpustakaan ini menyenangkan.

Pada masa awal bekerja, saya ingin tahu lebih tentang jurusan tempat saya bekerja. Saya coba googling, bahkan semangat mencari tahu itu sampai menggiring saya mencari mailing-list dosen di jurusan ini. Saya menemukannya. Dari sanalah saya mendapatkan banyak informasi tentang dosen-dosen muda yang sedang menyelesaikan program doktor di luar negeri. Sayapun mencoba menyapa dosen-dosen ini...


Rasa bosan pernah saya rasakan serta keinginan mencari pekerjaan yang lebih mapan, sebagai PNS misalnya pernah saya rasakan. Puncaknya adalah ketika memutuskan mendaftar sebagai PNS di Magelang Jawa Tengah, namun gagal karena sepatu, foto dan akta kelahiran.

Begini cerita singkatnya:
Hari itu, saya ijin kerja ke pak Ngudi. Saya berangkat ke Magelang naik sepeda motor diantar seorang kawan. Menjelang sampai di lokasi, saya baru sadar ternyata tidak membawa foto. Foto kilat menjadi jalan keluarnya dan kemudian langsung menuju ke tempat pendaftaran. Sampai di tempat pendaftaran, terdapat tulisan yang mewajibkan pendaftar memakai sepatu, sedangkan saya hanya memakai sandal. Solusipun muncul di depan mata. Ada penjual soal ujian yang menyewakan sepatu.  Namun, ketika melihat di papan pengumuman, pendaftar diwajibkan membawa akta kelahiran asli. Akta saya ada di kampung Nglipar Gunungkidul. Tak mungkin saya ambil dan kembali lagi ke lokasi pendaftaran, saya menyerah. Akhirnya saya pulang..... dan hanya saat itulah saya mendaftar PNS di luar UGM. Di perjalanan pulang, saya ingat kata almarhum ibu saya "wis orasah ndaftar liyane, neng UGM wae. Cedak". (sudah tidak usah mendaftar di tempat lain, di UGM saja, lebih dekat)

---*-----
Sejak saat itu,  saya putuskan  saya di sini, di UGM saja.

Pada saat bekerja di perpustakaan ini pula saya mendapat kesempatan ikut bertugas di stasiun lapangan Geologi Bayat Klaten. Melihat apa yang dilakukan mahasiswa Geologi lebih dekat, serta merasakan ke lapangan mencari batu :). Bahkah atas kebaikan seorang staf dosen, saya pertama kali merasakan naik pesawat terbang juga ketika bekerja di sini.

Kesempatan pertama mendapatkan projek membuat web juga saya alami di sini. Web Intenasional Fieldwise Seminar (fws.ugm.ac.id -  sudah tak aktif) saya kerjakan bersama Rachmad Resmiyanto (sekarang dosen UAD). Selain itu, juga diminta mengelola web jurusan, membangun web perpustakaan serta membuatkan web seorang staf.

Keberuntungan berikutnya adalah, ketika ada 2 slot pegawai honorer SK Rektor UGM di jurusan ini kosong. Ketika itu ada 1 staf yang meninggal dan 1 mengundurkan diri. Dari dua slot itu, satu slot diberikan kepada saya untuk menggantikan. Sehingga ketika rekan pustakawan seangkatan saya di FT UGM masih SK Dekan, saya mendapatkan SK Rektor. Allah memberikan kemudahan kepada saya..

Sangat beruntung pula, karena manajemen jurusan terbuka pada perubahan dan mendorong staf untuk maju. Akhirnya sayapun memutuskan untuk melanjutkan S-1. Ketika kuliah S1 ini saya berfikir jika dulu saya diterima di Magelang, maka alangkah beratnya perjalanan Magelang-Jogja untuk kuliah setelah bekerja. Allah memberikan kemudahan kepada saya..

Setelah lulus S-1, keberuntungan berikutnya saya dapatkan. Edaran kesempatan mendapatkan beasiswa studi lanjut dari UGM berpihak pada staf honorer. UGM membuka kesempatan bukan hanya untuk PNS, namun honorer dengan masa kerja minimal 5 tahun pun diperbolehkan ikut memperebutkan beasiswa. Akhirnya saya mendaftar. Pada proses ini banyak pihak di Jurusan Teknik Geologi UGM yang berbaik hati pada saya dan membantu proses administrasi.
Beasiswa S2 ini saya anggap sebagai anugrah besar yang jika ukur dengan uang, saya rasa lebih besar daripada selisih gaji dan selisih kenyamanan sebagaimana yang pertama kali saya duga daripada rekan yang ditempatkan di perpusakaan jurusan lain di FT UGM. Allah memberikan kemudahan kepada saya...

---------*---------
Mahasiswa di Jurusan ini, terutama mahasiswa pascasarjananya berasal dari berbagai negara ASEAN. Maka kemampuan bahasa inggris untuk melayani mereka menjadi wajib. Kami akhirnya bersepakat, bahwa selain untuk melayani mahasiswa asing ini, kita juga bisa memanfaatkan keberadaan mereka untuk belajar bahasa inggris. Maka kami memberlakukan "english day" di perpustakaan. Mahasiswa dihimbau berbicara dengan bahasa inggris ketika berinteraksi di perpustakaan.... Meski hasil TOEFL saya tak begitu tinggi, namun tingkat percaya diri kami (pengelola perpusakaan) naik. ...

Ikut mendapat jatah jaga gedung juga pernah saya alami di jurusan ini. Ketika itu untuk jaga gedung pada hari libur (malam dan siang) dibebankan pada staf. Di tempat lain mungkin ini berat, tapi saya lakukan dengan tanpa beban. Ketika mendapat tugas ini justru dapat digunakan untuk bisa saling lebih mengenal antar staf. Ikatan emosional dengan kawan lainpun akhirnya saya rasakan bisa lebih baik lagi. 
----*----
Masa-masa  bekerja di perpustakaan ini, adalah masa saya kehilangan 3 anggota keluarga, yaitu: adik, ibu dan nenek saya.
Setelah ibu saya meninggal, ada peristiwa yang berkesan untuk saya. Setelah saya masuk kerja, sore itu saya hendak pulang. Di parkiran motor, hp saya berdering. Ternyata ibu Ketua Jurusan menelepon saya. "Bisa bertemu sebentar mas?", demikian beliau berkata.
Akhirnya kami bertemu di ruang tunggu dosen. Ternyata beliau hendak menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya ibu saya. Sederhana, namun dengan cara itu saya disadarkan untuk bangun dari kesedihan. Kehangatan hubungan dengan karyawan dan dosen juga saya alami di jurusan ini.

Saya pernah kecewa dengan staf lain, pernah pula kecewa pada dosen bahkan pada pengurus jurusan ini. Atau juga kecewa kepada mahasiswa.

Kekecewaan kecil yang saya rasakan ketika awal masuk bekerja, lambat laun hilang. Kekecewaan yang saya rasakan tidaklah lebih besar dari anugerah atau kenikmatan yang diberikan Allah kepada saya. Bahkan, kekecewaan itu hanya bagian kecil saja dari berbagai kenikmatan yang ada.

Dengan kata lain saya ingin mengatakan, "saya bersyukur, tak apa saya ditempatkan di perpustakaan yang pada awalnya saya anggap tidak sebagus perpustakaan jurusan lain, namun apa yang saya dapatkan di sini adalah sesuatu yang luar biasa. justru saya mendapatkan banyak wahana dan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengembangan perpustakaan".
----*----
Perpustakaan Teknik Geologi UGM menjadi tempat berproses kedua saya dalam hal kepustakawanan dan kepribadian. Mulai dari pematangan mental, ujian moral, emosi, serta keterampilan berkaitan dengan perpustakaan baik soft maupun hardskill.

Sebenarnya masih banyak cita-cita saya terkait perpustakaan Teknik Geologi, namun takdir berkehendak lain. Tepat pada hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2012 saya diminta pindah ke Perpustakaan FT UGM.

Untuk rekan pustakawan yang merasa ditempatkan di perpustakaan yang kurang bagus, jangan sesali. Namun justru tempat itu akan menjadi wahana luas berproses, menempa serta menguji kemampuan.

Bumi sambisari,
hari ke delapan, bulan ke enam tahun duaribu empatbelas
delapan tigapulih menit pagi


Email dari Afrika Selatan

Tidak disangka, ada email masuk spam yang ternyata dari email .za. Saya cari .za merupakan kode negara Afrika Selatan.
Ternyata email itu merupakan balasan dari seorang kontributor web systemlibrarian.co.za
Di bawah ini tampilan tangkapan layar dari email tersebut.



Thursday 5 June 2014

,

Instasll Lyx di Linuxmint 17 "Qiana"

Setelah lama menggunakan ubuntu (sejak 8.04), berbarengan dengan kemunculan Linuxmint 17, saya disarankan oleh mas Deddy Haryadi untuk menggunakan Qiana.

Ada beberapa aplikas wajib yang biasanya saya install di linux. 
  1. Poedit
  2. Lyx
  3. DIA
  4. LAMPP
  5. Vlc
  6. Gimp
  7. Inkscape
  8. Geany/sublimetext
  9. Git
  10. Wine
  11. Gnome player
Ketika menggunakan Mint, sepertinya sudah ada beberapa yang default terinstall. Masalah muncul ketika menginstall Lyx. Pada ubuntu sebelumnya menggunakan LyX 1.6, di Qiana LyX muncul dengan versi 2.0. Ada beberapa perbedaan, salah satunya adalah letak tool untuk generate .pdf, serta saya belum menemukan shourtcut generate pdf yang dahulu menggunakan Ctrl+R.

Hal yang aneh lainnya adalah fitur generate .pdf ini tidak ada secara default dan harus dilakukan instalasi tambahan terlebih dahulu. Class artikel juga tidak ditemukan sehingga muncul error ketika dijalankan.

Beberapa hal yang saya lakukan setelah LyX terinstall adalah:

sudo apt-get install texlive-latex-extra texlive-latex-recommended texlive-fonts-recommended texlive-latex-base texlive-base

sudo apt-get install texlive-lang-english

memindah /lyx ke tempat lain, agar ketika membuka lyx, lyx membuat yang baru lagi
sudo mv ~/.lyx/ /home/purwoko/Videos/

membuka LyX dengan perintah konsole:
lyx -userdir /tmp/lyxtmp


Referensi:
http://comments.gmane.org/gmane.editors.lyx.general/74430
http://forum.linuxmint.com/viewtopic.php?f=47&t=164502








  





Tuesday 3 June 2014

,

Pengalaman pertama saya: Perpustakaan FISIPOL UGM

http://pusfisip.ugm.ac.id/misc/img/perpus.gif
Perpustakaan FISIPOL UGM, adalah guru pertama saya selepas lulus dari D3 Ilmu Perpustakaan UGM.

Awal April 2004 saya diterima magang kerja di Perpustakaan Fisipol UGM bersama  Dwi Riswanto.
Saya masih ingat, ujian untuk diterima magang adalah membuat rencana strategis perpustakaan Fisipol UGM.
Perpustakaan masih menempati gedung sekip yang poluler dengan sebutan BPA Sospol. Saya magang  sampai Juni 2004, persis 3 bulan. Pada awal magang, saya bersama Dwi Riswanto berkelakar, "berapa lama kita akan di sini?". Kami bersepakat maksimal 3 bulan.

Di perpustakaan inilah saya belajar ilmu perpustakaan yang sesungguhnya. Kenapa? karena saya disuguhi berbagai kerja kepustakawanan secara serius pertama kali ya di sini. Sebelumnya saya pernah diminta mengurusi perpustakaan lembaga mahasiswa, namun sepertinya saya tak begitu serius. Ketika kuliahpun saya asal saja, modal belajar dan pinjam catatan ketika akan ujian. Jangan tanya tentang klasifikasi, membuat katalog, analisis subyek dan lainnya. Bisanya hanya waktu ujian, sebelum dan sesudahnya sudah lupa.

Membuat buku induk, memindah metadata ke worksheet sekaligus menyusunnya, diberi tanggungjawab kerapihan rak buku, menjaga tas pengunjung, fotokopi pesanan mahasiswa, menjadi petugas bagian referensi, sampai bersama-sama ikut membersihkan perpustakaan pernah saya alami di Perpus Fisipol.
Melayani sirkulasi dengan model manual yang sempat membuat saya gugup. Ketika merasa ada kesalahan pencatatan, sampai di kos masih ingat dan khawatir jika benar salah dan bukunya tak kembali. Input data ke pangkalan data ISIS yang njlimet menjadi pengalaman berkesan untuk saya.

Honor magang waktu itu Rp150.000/bulan, jadi selama 3 bulan saya mendapat Rp450.000. Sebulan Rp150.000 tentunya jauh dari cukup untuk hidup di Jogja, jika dirata-rata sebulan 30 hari, maka sehari Rp5000. Ditambah beban kos setahun Rp800.000, maka saya tetap menerima uang saku dari orang tua ketika pulang kampung (hua hua...). Beruntung ketika musim ujian saya diberi jatah lembur.

Ada 3 orang baru di perpustakaan Fisipol waktu itu: Heri Abi, Arif Nurohman dan Endah Yuni. Ketiganya telah memegang SK (Surat Keputusan) kerja. Endah sebenarnya seangkatan dengan saya, sementara Heri dan Arif kakak angkatan saya. Endah bekerja di Perpus Fisipol sejak dia ikut program magang ketika mahasiswa. Waktu pendaftaran program magang itu, saya gagal karena telat datang wawancara. Saya kira  juga karena tak layak dan tidak meyakinkan. Saya tipe orang yang seadanya dalam berpakaian waktu kuliah, asal memenuhi syarat (baju/kaos berkerah). Penampilan saya mungkin tidak meyakinkan untuk diterima magang di perpustakaan UGM.

Saat ini, Heri Abi pindah ke Perpustakaan ISI sementara Arif dan Endah menjadi suami-istri dan bekerja di Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.

Belajar CDS ISIS, dikenalkan dengan trend perpustakaan digital serta berbagai perkembangan terbaru bidang perpustakaan saya alami di Perpustakaan Fisipol UGM. Semua staf yang ada, turut mewarnai pengalaman kepustakawanan saya.

Terimakasih tak terhingga untuk semuanya...

Selama magang, tentunya melihat rekan yang sudah mendapat stempel pengesahan dalam bekerja (SK) terasa iri. Tak bisa dipungkiri. Suatu ketika, pulang magang  pukul 14.00 sore, saya tidak kembali ke kos, namun bersama Dwi Riswanti, muter-muter melihat berbagai perpustakaan yang prospektif untuk "dilamar". Perpustakaan UNWAMA (Wangsa Manggala) kampus wates, yang sekarang menjadi Univ. Mercu Buana menjadi salah satu yang kami sasar.

Hingga pada suatu ketika... Pagi itu, hampir tiga bulan magang ketika Pak Agus, seorang staf Perpustakaan Fisipol, membawa berita bahwa perpustakaan FT UGM membuka lowongan. Bisa dibayangkan betapa senangnya saya, seorang yang baru lulus dan masih magang mendengar lowongan pekerjaan.

Akhirnya kami mendaftar, dan mengikuti prosesi ujian. Takdir, saya dan Dwi Riswanto akhirnya diterima. Saya ditempatkan di Teknik Geologi sementara Dwi ditempatkan di Teknik Arsitektur. Beberapa waktu kemudian Dwi mendaftar PNS dan diterima di Perpusda Kulonprogo sementara saya masih setia dengan Teknik Geologi UGM, sampai tahun 2012.